Saturday 27 January 2018

MAKALAH KERAJAAN ISLAM DI PULAU MALUKU



MAKALAH
KERAJAAN ISLAM DI PULAU MALUKU
Disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran PAI





Disusun oleh :
Kelompok 4
Ketua              : Mia Amalia
Anggota          : Ayu Fasmi Kamila
  Bahtiar Nurmayandi
  Reza Maulana
  Aak Mubarok
  Sahurl Fauzi



SMP IT BABUNNAJAH
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

            Puji dan Syukur mari kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat taufik dan hidayah-Nya sehingga Makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penyusun menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, itu dikarenakan kemampuan yang terbatas. Namun berkat bantuan dan dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya pembuatan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penyusun berharap dengan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi Penyusun dan bagi para pembaca pada umumnya serta semoga dapat menjadi bahan pertimbangan dan meningkatkan prestasi dimasa yang akan datang.




Pandeglang,   Januari 2018


Penyusun


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Pembahasan mengenai kajian sejarah islam Indonesia mendapat porsi yang besar, tetapi terlihat sekali bahwa ia belum termasuk dalam satu kesatuan kajian sejarah peradaban islam. kalau empat kawasan budaya islam tersebut termasuk dalam kajian sejarah peradaban dunia islam, maka Indonesia di bahas di bagian tersendiri. Sejak 17 tahun sesudah rasulullah wafat, cengkeh adalah salah satu rempah-rempah yang amat menarik hati sejak dari abad ke tujuh. Maluku adalah tempat tumbuh sendirinya rempah-rempah yang berada di hutan dan akhirnya ditanami oleh penduduk secara teratur. Di zaman dahulu kala mereka masih menganut semacam agama syamman yang memuja roh nenek moyang. Sepintas lalu kita akan menolak saja dongeng yang demikian. Tetapi jika kita berfikir bahwasannya di dalam abad kesepuluh dan kesebelas itu sudah damai perniagaan cengkeh ke Maluku itu oleh orang arab dan persi, tidaklah jauh kemungkinan bahwa mereka telah datang kesana pada waktu itu.
B.     Rumusan masalah
1.      Apa saja kerajaan Islam yang ada di Maluku?
2.      Siapa raj-raja yang pernah memerintah di kerajaan Ternate dan Tidore?
3.      Bagaimana masa kejayaan di kerajaan Ternate dan Tidore?








BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kerajaan Islam Di Maluku
Islam masuk ke Maluku pada abad ke 15 sekitar tahun 1460, raja Ternate memeluk agama islam yaitu Fongi Tidore. Namun, menurut Taufik dalam Yatim berpendapat raja pertama yang muslim yaitu Zainal‘Abidin, pada masa itu perdagangan muslim meningkat dan para pedagang ingin belajar tentang islam pada madrasah giri. Di Giri, ia dikenal dengan raja cengkeh. Selain itu ia juga dikenal sebagai penyebar utama Islam di Maluku.[1][1] Berita Portugis juga mengungkapkan hubungan antara Jawa dan Maluku. Menurut Pires dalam daliman raja-raja Maluku mulai masuk Islam sekitar 1460-1465, sedangkan menurut Antonio Galfao Islam masuk sekitar 1540-1545.[2][2]
Kedudukan raja Islam di Maluku semakin tinggi dan penting berkat perdagangan rempah-rempah yang menyebabkan rasa semangat untuk memperluas wilayah kekuasaannya dalam menguasai jalur perdagangan. Kerajaan-kerajaan yang berada di Maluku meliputi:
1.      Kerajaan Jailolo
Kerajaan Jailolo merupakan kerajaan tertua di Maluku. Namun, karena penduduk ternate, tidore dan bacan lebih banyak maka ketiga daerah itu lebih menonjol. Kerajaan ini berdiri sejak 1321. Wilayahnya meliputi; sebagian Halmahera dan pesisir utara Pulau Seram. Masuknya Islam di kerajaan ini, tidak lepas dari jasa-jasa para mubaligh; Datuk Mulia Husin, Patih Putah dan Syekh Mansur.[3][3]
2.      Kerajaan Bacan
         Raja pertama dari Kerajaan Bacan adalah Sultan Zainul Abidin yang memeluk agama Islam sejak 1521. Dalam kerajaan Bacan, seorang raja dalam pemerintahannya didampingi oleh seorang Mangkubumi. Wilayah kekuasaanya meliputi; Kepulauan Bacan, Obi, Waigeo, Solawati dan Irian Barat (Papua).[4][4]
         Raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Jailolo yaitu; Sultan Darajati, Fataruba, Tarakabun, Nyiru, Yusuf, Dias, Bantari, Sagi dan Sultan Hasanuddin (memeluk Islam).[5][5]
3.      Kerajaan Ternate
Pada awalnya penduduk Ternate (Pulau Gapi) merupakan warga eksodus dari Halmahera. Awalnya, di Ternate, terdapat empat kampung yang masing-masing dikepalai oleh seorang momole (kepala marga). Mereka itulah yang mengadakan hubungan dengan para pedagang yang datang dari segala penjuru untuk mencari rempah-rempah. Mereka jugalah yang mendirikan kerajaan Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo. Penduduk ternate semakin ramai sebab banyaknya para pedagang yang bermukim disana, mulai dari pedagang arab, jawa, melayu dan tionghoa. Dengan hal ini, menyebabkan datangnya para perampok sehingga muncullah ide para momole untuk mengangkat seorang raja tunggal.
Raja terpilih yaitu Baab Mashur Malamo beliau menjadikan kerajaan gapi berpusat di kampung ternate sehingga orang-orang lebih suka mengatakan kerajaan ternate.[6][6] Berkembangnya kerajaan Ternate menimbulkan iri hati terhadap kerajaan di sekelilingnya. Timbullah sengketa antara Ternate dan Tidore., Bacan dan Jailolo. Dengan hal ini,maka diadakan sebuah persetujuan yaitu Persetujuan Motir. Persetujuan ini menyatakan bahwa Raja Jailolo akan menjadi raja utama, sebab ialah raja tertua, diikuti raja Ternate, Tidore dan Bacan. Hal ini tidak berlangsung lama, sebab Ternate berhasil menempatkan diri sebagai raja utama. Pada akhir abad ke-16, Ternate berhasil meluaskan wilayah kekuasaannya. 
Islam masuk di kerajaan Ternate pada waktu masa Raja Zainal Abidin yang sempat belajar di Giri. Kemudian, setelah ia kembali di Maluku, ia bertemu dengan Patih Puta yang sudah menganut agama Islam. Kemudian, mereka bekerja sama dengan Mubaligh Datuk Mulia Husin untuk mengembangkan Islam sampai ke Kerajaan Jailolo. Tak lama kemudian, Portugis datang ke Maluku. Hal ini membangkitkan pertentangan di Ternate, baik dari segi perdagangan maupun persaingan agama. Portugis membawa agama Kristen yang ditanamkan oleh Franciscus Xaverius kepada rakyat Maluku. Dengan hal ini, mengakibatkan orang-orang Tidore bisa bersatu dengan Ternate untuk melawan Portugis sehingga jatuhlah Benteng Portugis pada tahun 1575.[7][7]
4.      Kerajaan Tidore
Tidore dikenal dengan nama Kie Duko, yang diartikan sebagai pulau bergunung api. Kerajaan tidore berpusat pada wilayah kota tidore (mauku utara). Pendiri pertama kerajaan tidore yaitu jou kolano sahjati. Menurut catatan Portugis, Tidore berdiri sejak Jou Kolano Sahjati naik tahta. Namun tidak diketahui pusat kerajaannya ada dimana. Sejak awal berdirinya Tidore sampai raja ke-4, pusat Kerajaan Tidore belum bisa dipastikan keberadaannya. Barulah pada masa raja Kolano Balibunga pusat kerajaan diketahui yaitu di Balibunga. Di kerajaan Tidore sempat beberapa kali terjadi perpindahan ibu kota atau pusat kerajaan, banyak sekali faktor yang mempengaruhinya mulai dari pergantiannya seorang raja, wilayahnya yang luas bahkan menjauhi dari serangan para musuh serta untuk tujuan dakwah.
Pada tahun 1521, Sultan Mansur di Tidore menerima Spanyol sebagai sekutu untuk mengimbangi Ternate yang bersekutu dengan Portugis.[8][8] Kedatangan Spanyol diprotes oleh Portugis karena dianggap telah melanggar Perjanjian Tordesillas pada 1494. Pertikaian Portugis  dan Spanyo memperlemah kedudukan Tidore dan Ternate, misalnya perebutan Benteng Spanyol di Tidore. Akhirnya, pertikaian ini di akhiri dengan adanya pembaharuan Perjanjian Tordesillas yang mempertegas bahwa kepulauan Maluku menjadi kekuasaan Portugis.[9][9]
Setelah Spanyol mundur dari Maluku, Tidore menjadi kerajaan yang paling terkemuka di wilayah Maluku. Sebab, Tidore berhasil menolak penguasaan VOC terhadap wilayahnya dan Tidore menjadi merdeka hingga akhir abad ke-18. Selain kedatangan Spanyol, Belanda juga datang untuk menguasai Maluku. Inggris pun ikut campur dalam masalah ini dengan membantu mengusir Belanda. Hal ini,terjadi pada masa raja Sultan Nuku. Sultan Nuku memberi kebebasan kepada Inggris untuk menguasai Ambon dan Banda serta mengadakan perjanjian damai dengannya.[10][10]

B.     Raja-Raja  di Kerajaan Maluku
Adapun raja-raja di kerajaan Ternate sebagai berikut:
1.      Baab Mashur Malamo
2.      Jamin Qadrat
3.      Komala Abu Said
4.      Bakuku (Kalabata)
5.      Ngara Malamo (Komala)
6.      Patsaranga Malamo
7.      Cili Aiya (Siding Arif Malamo)
8.      Panji Malamo
9.      Syah Alam
10.  Tulu Malamo, Dll.[11][11]
Adapun raja-raja di Kerajaan Tidore sebagai berikut:
1.      Sultan Nuruddin
2.      Sultan Hasan Syah
3.      Sultan Cirililiat Alias Jamluddin
4.      Sultan Mansyur
5.      Sultan Aminuddin Iskandar Zulkarnain
6.      Sultan Rijali Mansur
7.      Sultan Iskandar Isani Alias Amiril Mathlan Syah
8.      Sultan Gapi Babuna Alias Bifadlil Siradjuddin Arifin
9.      Sultan Fola Madjino Alias Zainuddin
10.   Sultan Ngora Malamo Alias Alaudin, Dll.[12][12]


C.     Masa Kejayaan Ternate dan Tidore
1.      Masa Kejayaan Kerajaan Ternate
Kerajaan Ternate berada pada masa kejayaan saat dipimpin oleh Sultan Baabullah yang dapat meluaskan wilayah kekuasaanTernate yaitu meliputi; batas-batas di utara sampai Mindanao, di Selatan sampai Bima, di Timur sampai Irian Barat (Irian Jaya) dan di sebelah Barat sampai Makassar.[13][13]
2.      Masa kejayaan kerajaan Tidore
         Pada masa Sultan Nuku, Kerajaan Tidore berkembang dengan pesat. Mulai dari wilayah kekuasaannya yang mencapai Kepulauan Pasifik. Menurut catatan sejarah Tidore, Sultan Nuku yang member nama pulau-pulau wilayah kekuasannya, adapun nama-nama pulau yang hingga saat ini masih memakai nama Nuku yaitu; Nuku Hifa, Nuku Oro, Nuku Maboro, Nuku Nau, Nuku Lae-Lae, Nuku Fetau dan Nuku Nono.[14][14]







BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
           Kedudukan raja Islam di Maluku semakin tinggi dan penting berkat perdagangan rempah-rempah yang menyebabkan rasa semangat untuk memperluas wilayah kekuasaannya dalam menguasai jalur perdagangan. Kerajaan-kerajaan yang berada di Maluku ada 4 yaitu: Kerajaan Jailolo, Kerajaan Bacan, Kerajaan Ternate, Kerajaan Tidore. Setelah Spanyol mundur dari Maluku, Tidore menjadi kerajaan yang paling terkemuka di wilayah Maluku. Sebab, Tidore berhasil menolak penguasaan VOC terhadap wilayahnya dan Tidore menjadi merdeka hingga akhir abad ke-18. Selain kedatangan Spanyol, Belanda juga datang untuk menguasai Maluku. Inggris pun ikut campur dalam masalah ini dengan membantu mengusir Belanda.
























No comments:

Post a Comment