Saturday 27 January 2018

MAKALAH NEGARA MYANMAR

MAKALAH
NEGARA MYANMAR
Disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran IPS



Disusun oleh :
Ø  Peni Permatasari
Ø  Indah Febrianti






SMP NEGERI 2 MENES
Tahun 2018

KATA PENGANTAR

            Puji Syukur kami panjatkan Tuhan Yang Maha Kuasa atas terselesaikannya makalah yang berjudul “Kajian Negara Brunei Darussalam”, Makalah yang masih perlu dikembangkan lebih jauh ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya.
            Makalah ini dibuat sebagai tugas mata pelajaran Geografi, yang secara garis besar memuat tentang sejarah pembentukan negara Brunei Darussalam.
            Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, penulis tidak mungkin menyelesaikan penyusunan makalah ini, untuk itu ucapan terima kasih penulis ucapkan keapda semua pihak yang telah membantu. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.



                                Penulis



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Republik Persatuan Myanmar juga dikenal sebagai Birma, disebut "Burma" di dunia Barat adalah sebuah negara di Asia Tenggara. Negara seluas 680 ribu km² ini telah diperintah oleh pemerintahan militer sejak kudeta tahun 1988. Negara ini adalah negara berkembang dan memiliki populasi lebih dari 50 juta jiwa. Ibu kota negara ini sebelumnya terletak di Yangon sebelum dipindahkan oleh pemerintahan junta militer ke Naypyidaw pada tanggal 7 November 2005.
Myanmar merupakan salah satu negara yang mayoritas masyarakatnya penganut agama budha 89%, dan masih ada agama-agama lain seperti kristen, islam dan lainnya. Tetapi agama-agama yang selain budha merupakan agama yang minoritas di Myanmar. Terutama agama islam, yang menjadi agama minoritas di myanmar yang mendapat respon buruk oleh pemerintah junta militer di negara tersebut.
Islam ataupun komunitas muslim di Myanmar dikucilkan dan di benci, bahkan sampai terjadi pembantaian terhadap muslim yang ada di Myanmar, konflik tersebut masih terjadi hingga saat ini. Banyak korban atas konflik yang terjadi di Myanmar, pembantaian ini di lakukan kepada etnis rohingnya, sebutan islam bengali yang ada di Myanmar. Sehingga  menimbulkan krisis kemanusiaan.
Dimana konflik ini menjadi masalah besar yang menjadi perhatian di dunia internasional, karena masalah rohingya ini bukan lagi masalah yang bisa kita anggap sepele, kasus ini sudah bisa di bilang sebagai “Genosida”, yaitu pembantaian suatu suku bangsa secara besar-besaran (menyeluruh). Dunia tidak bisa bungkam akan hal ini, sehingga harus membatu etnis rohingya yang teraniaya ini mencari jalan keluar untuk status mereka yang tidak di akui oleh masyarakat dan pemerintahan Myanmar.

B.    Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas kami merumusan bahwa; faktor apa yang menyebabkan diskriminasi terhadap etnis minoritas rohingya? Siapakah sebenarnya etnis rohingya ini? Dan solusi apa yang bisa diberikan untuk etnis minoritas ini?

C.    Tujuan
Tujuannya adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya diskriminasi terhadap etnis minoritas. Untuk mengetahui siapa etnis rohingya ini sebenernya. Dan untuk mengetahui solusi-solusi yang bisa kita berikan untuk kaum minoritas ini.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Tinjauan Kondisi Alamiah Negara Myanmar
Republik Persatuan Myanmar (juga dikenal sebagai Birma, disebut "Burma" di dunia Barat) adalah sebuah negara di Asia Tenggara. Negara seluas 680 ribu km² ini telah diperintah oleh pemerintahan militer sejak kudeta tahun 1988. Negara ini adalah negara berkembang dan memiliki populasi lebih dari 50 juta jiwa. Ibu kota negara ini sebelumnya terletak di Yangon sebelum dipindahkan oleh pemerintahan junta militer ke Naypyidaw pada tanggal 7 November 2005.
Secara astronomis, Myanmar terletak antara 11°LU – 28°LU dan 92°BT – 100°BT-negara ini di sebelah Barat berbatasan dengan Bangladesh, India, dan Teluk Benggala; di sebelah Timur berbatasan dengan Laos, Thailand, dan Cina; di sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Andaman, dan sebelah Utara berbatasan dengan Cina. Wilayah Myanmar masih didominasi oleh areal hutan. Hampir 52% wilayahnya masih berupa hutan yang banyak menghasilkan kayu. Di kawasan dataran rendah banyak digunakan sebagai lahan pertanian.
Pada masa lalu, Myanmar merupakan negara penghasil beras utama di wilayah Asia Tenggara, namun saat ini seiring dengan kemajuan pertanian   di berbagai negara, Myanmar menempati urutan keenam sebagai negara penghasil beras di Asia Tenggara.Penduduk Myanmar merupakan keturunan dari ras Mongol, selebihnya adalah keturunan dari India dan Pakistan. Hampir 75% dari mereka bekerja di sektor pertanian dan banyak yang tinggal di desa. Penduduk Myanmar yang tinggal di kota pada umumnya mendiami tiga kota utama, yaitu Yangoon, Pagan, dan Mandalay.
1.    Potensi Alam
Myanmar memiliki bentang alam yang bervariatif dari dataran rendah sampai pegunungan. Banyaknya sungai-sungai besar dan gunung api menyebabkan kondisi tanahnya sangat subur. Hal tersebut sangat menunjang bagi kegiatan agraris seperti pertanian, perkebunan, dan kehutanan.
2.    Potensi Perdagangan
Komoditas perdagangan Myanmar meliputi kayu (terutama kayu jati), beras, pupuk, dan berbagai barang kerajinan.
3.    Potensi Sosial Budaya
Penduduk Myanmar berasal dari multietnis dengan berbagai ragam budaya dan bahasa daerahnya. Namun yang digunakan sebagai bahasa nasional adalah bahasa Myanmar. Mayoritas masyarakat Myanmar adalah penganut agama Buddha yang taat. Selain itu juga masih memegang teguh adat dan tradisi.
4.    Potensi Pariwisata
Sektor pariwisata yang ditawarkan negeri ini berupa bangunan bersejarah, festival keagamaan, dan banyak kesenian tradisional.
5.    Potensi Industri
Myanmar kaya akan hasil-hasil alam, pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Oleh karena itu, industri yang berkembang merupakan industri pengolahan hasil alam. Berbagai jenis industri di Myanmar adalah industri pertambangan (timbal, seng, emas, perak, permata, minyak bumi, dan tungsten), industri pengolahan ikan, pemotongan kayu, semen, tekstil, dan berbagai barang kerajinan.
6.    Iklim dan Cuaca
Karna letak lintangnya ,Myanmar beriklim tropis ,subtropis dan angin musim(karna di pengaruhi angin musim) musim di Myanmar terbagi atas tiga macam yaitu,musim hujan,terjadi pada bulan mei-oktober,yang mendapat pegaruh angin musim barat daya basah dan sejuk ,musim kemarau sejuk terjadi bulan November –bulan februari dan musim kemarau panas terjadi bulan maret-april dan suhu udara rata-rata 27 derajat celcius dan semakin ke utara semakin dingin. Wilayah dataran rendah Mandalay merupakan daerah bayangan hujan karna hanya mendapat curah hujan rata-rata 700mm setiap tahun.
7.    Flora dan Fauna
Tumbuhan yang tumbuh di daerah Myanmar merupakan hutan hujan tropis.hutan hujan tropis ini banyak membentang jauh sampai dengan lembah sungai Salween di plato shan,dan hutan yg lebih lebat pada umumnya terdapat di bagian yang lebih rendah,di pegunungan banyak terdapat hutan subtropis dan hutan iklim sedang yang di tumbuhi pohon-pohon pinus dan beragam tumbuhan paku,dan umumnya terdapat pada ketinggian di atas 1.000 m,sedangkan fauna yang hidup di Myanmar gajah,harimau,kerbau liar,ular dan rusa.

B.    KONDISI MUTAKHIR NEGARA
1.    Kondisi Demografis Negara Myanmar
Keadaan penduduk Myanmar pada tahun 2001 sekitar 52.531.000 jiwa dengan kepadatan 67jiwa/km.penduduk Myanmar dari beberapa kelompok etnis .kelompok terbesar adalah etnis Burma turunan Tibet –burma sebagai pewaris bangsa-bangsa pyus dan mon yang menempati wilayah di sektar sunga irawadi .dan penduduk Myanmar adalah bekerja sector pertanian  meliputi pertanian sawah,tegalan ,perkebunan,ladang dan lain-lain
2.    Agama dan kepercayaan
Burma (juga dikenal sebagai Myanmar) adalah dominan dari tradisi Theravada, dipraktekkan oleh 89% dari populasi negara ini adalah negara Buddhis yang paling religius dalam hal proporsi biarawan dalam populasi dan proporsi pendapatan yang dihabiskan untuk agama. Penganut yang paling mungkin ditemukan di antara etnis Bamar dominan (atau Burma), Shan, Rakhine (Arakan), Senin, Karen, dan Cina yang terintegrasi dengan baik ke masyarakat Burma.
Para bhikkhu, yang dikenal sebagai Sangha, adalah anggota dihormati dari masyarakat Burma. Di antara banyak kelompok etnis di Myanmar, termasuk Bamar dan Shan, Theravada Buddhisme dipraktekkan dalam hubungannya dengan ibadah nat, yang melibatkan placation roh yang dapat bersyafaat dalam urusan duniawi. Berkenaan dengan "keselamatan" dalam arti Buddha, ada tiga jalur utama di Burma Buddhisme: jasa pembuatan, vipassana (wawasan meditasi), dan jalan weizza (bentuk esoterik agama Buddha yang melibatkan okultisme).
3.    Bentuk Negara dan Pemerintahan
Myanmar sebagai Negara bagian asia tengara yang berbentuk Republik Persatuan Myanmar juga dikenal sebagai Birma, disebut "Burma" di dunia Barat adalah sebuah negara di Asia Tenggara. Negara seluas 680 ribu km² ini telah diperintah oleh pemerintahan militer sejak kudeta tahun 1988. Negara ini adalah negara berkembang dan memiliki populasi lebih dari 50 juta jiwa. Ibu kota negara ini sebelumnya terletak di Yangon sebelum dipindahkan oleh pemerintahan junta militer ke Naypyidaw pada tanggal 7 november 2005.Pada 1988, terjadi gelombang demonstrasi besar menentang pemerintahan junta militer. Gelombang demonstrasi ini berakhir dengan tindak kekerasan yang dilakukan tentara terhadap para demonstran.
Pada pemilu 1990 partai pro-demokrasi pimpinan Aung San Suu Kyi memenangi 82 persen suara namun hasil pemilu ini tidak diakui rezim militer yang berkuasa.Perubahan nama dari Birma menjadi Myanmar dilakukan oleh pemerintahan junta militer pada tanggal 18 Juni 1989. Junta militer mengubah nama Birma menjadi Myanmar agar etnis non-Birma merasa menjadi bagian dari negara. Walaupun begitu, perubahan nama ini tidak sepenuhnya diadopsi oleh dunia internasional.
Beberapa negara eropa seperti inggris dan irlandia yang tidak mengakui legitimasi. kekuasaan junta militer tetap menggunakan Burma untuk merujuk kepada Negara tersebut  namun PBB yang mengakui hak Negara untuk menentukan nama negaranya mengunakan Myanmar begitu pula dengan prancis dan jerman .dan pemerintah junta mengubah nama menjadi yangon pada tanggal 7 november 2005 dan beribukota di Naypyidaw.
4.    Sistem Hukum dan Peradilan
Sistem hukum Burma terutama menggunakan hukum umum dan  hukum  tradisional. Pada 1885 Inggris menyatakan Burma sebagai koloni mereka dan melaksanakan hak hukum umum. Mulai saat ini, negara kita sedang berolahraga sebagai hukum undang-undang. Juga Myanmar, tradisi mereka dipraktekkan sebagai Hukum Myanmar Tradisional. Kemudian dua jenis praktek hukum sebagai hukum positif dengan menulis, revisi, menyelesaikan dan berkembang pada saat ini. Selain itu, pemerintah SPDC membuat UU banyak dan hukum bahwa mereka bertujuan untuk membatasi orang.
Setelah itu, pemerintah SPDC mengatakan "Myanmar adalah Bangsa kedaulatan independen dan kekuasaan Kedaulatan Uni berasal dari warga negara dan menegakkan di seluruh negeri" tapi mereka mengendalikan kekuasaan dan membatasi citizens.Generally, sistem hukum harus memisahkan, periksa dan menyeimbangkan tiga jenis kekuasaan seperti legislatif, kekuasaan eksekutif, dan yudikatif. Pada bagian Konstitusi 2008 Birma 11 (a), tiga cabang kekuasaan kedaulatan yaitu kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif dan kekuasaan yudikatif terpisah, sejauh mungkin, dan melakukan kontrol timbal balik, memeriksa dan menyeimbangkan.
Di Burma, pengadilan dibentuk seperti mahkamah agung Perhimpunan bahwa U TunTunOo adalah keadilan kepala Union, pengadilan Tinggi Daerah, pengadilan Tinggi Negara (memiliki keadilan petugas adalah dua sampai enam orang) Pengadilan Diri - Divisi Diperintah, Pengadilan Zona Diri Administered, Pengadilan Distrik, Township Pengadilan dan lainnya dibentuk oleh hukum, Majelis Pengadilan Militer dan Konstitusi Perhimpunan (U TheinSoe adalah ketua pengadilan itu) Pada tahun 2008 bagian konstitusi (19) ( a), (b) dan (c), "untuk menegakkan keadilan secara independen menurut hukum, untuk menegakkan keadilan di pengad ilan terbuka kecuali dinyatakan dilarang oleh hukum dan untuk menjamin dalam semua kasus hak pembelaan dan hak-hak banding menurut hukum.
5.    Sistem ekomoni Negara Myanmar
Ekonomi Burma berbasis pertanian dan fungsi terutama pada kas dan sistem barter. Industri utamanya dikontrol oleh militer yang dikelola perusahaan-perusahaan negara. Setiap aspek kehidupan ekonomi diserap oleh pasar gelap, di mana reaksi harga meroket  terhadap control harga resmi sejak tahun1989, SPDC kebijakan ekonomi pasar terbuka telah membawa banjir investasi asing di minyak dan gas (oleh perusahaan-perusahaan Barat), dan dalam kehutanan, pariwisata, dan pertambangan (oleh perusahaan-perusahaan Asia). Ledakan yang dihasilkan dalam perdagangan dengan Cina telah merubah Burma kurang berkembang menjadi pusat bisnis yang berkembang pesat.
Sebuah program pemberantasan narkotika telah dimulai di perbatasan timur laut negara bagian, yang menyumbang sekitar 60% dari heroin dunia, dengan mendorong petani untuk menanam tanaman pangan bukan poppies. Beberapa rencana ada untuk sektor manufaktur, dan keterhantungan pada impor Myanmar , negara bersumber harian tinggi, menderita control ketat dari pemerintah kebijakan ekomoni yang tidak efisien, dan kemiskinan rural.
Junta (aktivis Myanmar) mengambil langkah-langkah pada awal 1990an untuk membebaskan ekonomi setelah berdekadedekade mengalami kegagalan di bawah “Burmese Way to Socialism,” tapi usaha tersebut tertahan, dan beberapa tindakan liberalisasi ditunda. Myanmar tidak memiliki stabilitas moneter ataupun fiscal, Akibatnya ketidakseimbangan kondisi makroekonomi termasuk inflasi, nilai tukar resmi berfluktuasi tidak sesuai dengan nilai kyat Myanmar, dan suku bunga rezim yang tidak jelas. Sebagian besar bantuan pembangunan tertahan setelah Junta mulai menekan pergerakan demokrasi di 1988 dan menolak menerima hasil pemilihan legilatif tahun 1990.
Sebagai respon terhadap penyerangan Myanmar di Mei 2003 terhadap Aung San Suu Kyi dan pendukungnya, AS memaksakan sanksi ekonomi baru terhadap Myanmar termasuk larangan impor produk Myanmar dan larangan memberiakn pelayanan financial oleh personel AS. Iklim investasi yang buruk juga memperlambat arus nilai tukar asing. Sector yang paling produktif hanya di industri ekstaktif, khususnya minyak dan gas, penambangan dan kayu mentahArea lain, seperti pabrik dan lain-lain.
6.    Bahasa, Budaya/ Kesenian  Dan Pariwisata
Bahasa yang digunakan oleh penduduk mynmar adalah Birma, Penduduk Myanmar berasal dari multietnis dengan berbagai ragam budaya dan bahasa daerahnya. Namun yang digunakan sebagai bahasa nasional adalah bahasa Myanmar. Mayoritas masyarakat Myanmar adalah penganut agama Buddha yang taat. Selain itu juga masih memegang teguh adat dan tradisi.
7.    Pendidikan
Sistem pendidikan Burma dioperasikan oleh instansi pemerintah, Departemen Pendidikan. Universitas dan lembaga profesional dari Burma atas dan Birma lebih rendah dijalankan oleh dua entitas yang terpisah, Departemen Pendidikan Tinggi Burma dan Departemen Pendidikan Tinggi Burma Bawah. Markas yang berbasis di Yangon dan Mandalay masing-masing. Sistem pendidikan didasarkan pada sistem Britania Raya, karena hampir satu abad kehadiran Inggris dan Kristen di Burma.
Hampir semua sekolah yang dioperasikan pemerintah, tetapi telah terjadi peningkatan baru-baru didanai swasta sekolah bahasa Inggris. Sekolah adalah wajib sampai akhir sekolah dasar, mungkin sekitar 9 tahun, sedangkan usia wajib belajar adalah 15 atau 16 di tingkat internasional.di Myanmar juga terdapat 101 universitas, 12 institut, 9perguruan tinggi sederajat,dan 24 perguruan tinggi negri dan 146 institut pendidikan tinggi.
8.    Militer dan Pertahanan
Tentara Myanmar adalah cabang terbesar dari Angkatan Bersenjata Myanmar dan memiliki tanggung jawab utama melakukan darat operasi militer. Tentara Myanmar mempertahankan kekuatan aktif terbesar kedua di Asia Tenggara setelah Angkatan darat Vietnam.Tentara Myanmar memiliki kekuatan pasukan sekitar 492.000. Militer memiliki pengalaman tempur yang luas dalam memerangi gerilyawan di medan kasar, mengingat telah melakukan non-stop operasi kontra-pemberontakan melawan pemberontak etnik dan politik sejak didirikan pada tahun 1948.
Pasukan ini dipimpin oleh Panglima, Jenderal Soe Win saat Letnan dengan Jenderal Min Aung Hlaing sebagai Panglima. Pangkat tertinggi di Angkatan Darat Myanmar adalah Senior Umum, setara dengan posisi Field Marshal di semesta alam barat dan diselenggarakan oleh jendral senior than shwe pada tahun 2011, setelah transisi dari pemerintah junta militer untuk pemerintahan parlementer sipil, Tentara Myanmar berlaku draf militer bagi semua warga negara, semua laki-laki dari usia 18 sampai 35 dan semua usia wanita antara 18 dan 27 tahun dapat direkrut menjadi wajib militer selama dua tahun sebagai pribadi terdaftar pada saat keadaan darurat nasional.
Usia bagi para profesional yang sampai 45 untuk pria dan 35 untuk perempuan selama tiga tahun sebagai layanan perwira bintara dan non. Sebuah publikasi resmi telah mengungkapkan bahwa hampir seperempat dari anggaran nasional yang baru Myanmar akan dialokasikan untuk pertahanan. Pemerintah.
9.    Lagu Kebangsaan Myanmar
Lagu Kebangsaan Myanmar adalah lagu kebangsaan resmi di Myanmar pembukaan lagu kebangsaan dalam gaya tradisional Myanmar sebelum transisi kesebuah orchestra bergaya barat.melodi dan lirik  di tulis oleh saya tin dan diadopsi sebagai lagu kebangsaan Myanmar.
10.    Bendera dan Lambang
Bendera Kebangsaan: bendera berwarna merah, di ujung atas sebelah kiri sebuah segi empat panjang kecil yang berwarna biru hitam, di dalamnya dilukiskan gambar yang berwarna putih?14 bintang bersegi lima mengitari sebuah roda gigi dengan 14 gigi, di tengah roda gigi terdapat sebatang padi. Warna merah melambangkan keberanian dan ketegasan, biru tua melambangkan perdamaian dan kesatuan, warna putih melambangkan kemurnian dan kebajikan. 14 bintang bersegi lima mewakili 14 provinsi atau negeri bagian Uni Myanmar, roda gigi dan padi melambangkan industri dan pertanian.
Lambang Negara: titik pusat sebagai sebuah roda gigi dengan 14 gigi dilingkari oleh padi, di atasnya dilukiskan peta Myanmar. Di dua sebelah padi masing-masing terdapat seekor singa, singa dijunjung sebagai hewan kenegaraan, disebut sebagai singa suci yang merupakan pertanda kemujuran. sebelahnya dan di sekitar padi dihiasi bunga-bunga Myanmar, pita hiasan di sisi bawah dituliskan " Uni Myanmar " dalam bahasa Myanmar.

C.    Diskriminasi Etnis Minoritas
Konflik Etnis Rohingya dan Etnis Rakhine
Sejarah Singkat Muslim Rohingya
Sebenarnya apabila dilihat dari segi histori, Kaum Rohingya sudah ada sebelum negara Myanmar ada. Sebagai etnis, Muslim Rohingya sudah hidup di sana sejak abad 7 Masehi dengan nama kerajaan Arakan (1430-1784). Sekitar 3.5 abad Rohingya berada dalam kekuasaan Muslim hingga Kerajaan Burma menyerangdan dianeksasi oleh Inggris. Setelah itu Rohingya menjadi bagian dari British India yang saat itu juga belum merdeka.
Lahirnya komunitas muslim di Myanmar terjadi pada sekitar abad ke 9 masehi sebagai hasil dari perkawinan antara pendatang muslim dari luar Myanmar yang memiliki berbagai latar belakang, seperti pedagang, tentara, budak, ataupun profesi lain yang menikah dengan penduduk lokal di wilayah barat dan selatan Myanmar.
Hingga kemudian bahkan beberapa catatan sejarah menunjukkan bahwa pernah juga terdapat muslim di Myanmar yang pernah mendapat peranan penting dalam kerajaan Myanmar sekalipun, komunitas muslim di Myanmar hanyalah minoritas. Catatan Orientalis lain bernama Moshe Yegar mencatat pula bahwa pada masa kerajaan Myanmar masih dalam periode bagan misalnya, pernah dicatat bahwa ada muslim asal Arab bernama Rahman Khan yang diangkat menjadi guru kerajaan dan kemudian menjadi gubernur pusat pemerintahan kerajaan Myanmar.
Dan berlanjut hingga tahun 1940-an ada 137 etnis yang terdapat di Burma sejak Burma merdeka (1948), sejak saat itu pula etnis Rohingya tidak diakui sebagai etnis yang ada di Burma.Etnis Muslim Rohingya selama puluhan tahun mengalami diskriminasi hingga menyebabkan status mereka kini stateless atau tidak memiliki negara. Jauh sebelum konflik Rohingya pada 2012 ini menyita perhatian dunia, sebenarnya etnis Rohingya telah ditindas selama puluhan tahun, baik oleh negara maupun etnis mayoritas di Myanmar, yang kebetulan beragama Buddha.
Heru Susetyo, pada wawancara dengan media online Hidayatullah. com, tertanggal 25 Juli 2012 menyatakan bahwa sejak sebelum Burma merdeka, tahun 1942, sudah ada aksi kekerasan kepada orang Rohingya. Ribuan orang Rohingya dibunuh. Baik oleh negara maupun etnis mayoritas, karena mereka dianggap minoritas dan bukan bagian dari Burma. Kemudian kekerasan terhadap etnis Rohingya berulang terus setelah Burma merdeka, ada operasi-operasi tentara yang sering kali dilakukan sejak tahun 1950-an.
Yang paling sadis adalah Na Sa Ka Operation di antaranya dengan metode kekerasan, pengusiran, Burmanisasi, halangan untuk menikah, dan pemerkosaan. Jadi ini adalah state violence,di mana Negara melakukan genosida, etnic cleansing (pembantaian etnis), tapi kemudian berkembang menjadi kejahatan sipil antar orang Rohingya dengan orang Arakan lainnya yang non Muslim.(Sumber :Mirza Quanta A H – Wabendum HMI Cabang Surabaya Analisa Politik Konflik Rohingya)
Berita tentang Muslim Rohingya timbul menyusul konflik sektarian yang terjadi antara etnis Rohingya yang sebagian besar adalah Muslim dan etnis Rakhine yang mayoritas merupakan penganut Buddha. Penyebab konflik itu sendiri tak begitu jelas. Namun, beberapa sumber menyebutkan bahwa kerusuhan itu merupakan buntut salah satu peristiwa perampokan dan pemerkosaan terhadap perempuan Rakhine bernama Ma ThidaHtwe pada 28 Mei 2012. Kepolisian Myanmar sebenarnya telah menahan dan memenjarakan 3 orang tersangka pelaku yang kebetulan dua di antaranya adalah etnis Rohingya.
Namun, tindakan itu ternyata tak cukup mencegah terjadinya kerusuhan dinegara bagian Rakhine yang terletak di bagian barat Myanmar itu. Pada tanggal 4 Juni, terjadi penyerangan terhadap bus yang diduga ditumpangi pelaku pemerkosaan dan kerabatnya. Tercatat 10 orang Muslim Rohingya tewas. Sejak itu, kerusuhan rasial di Rakhine pun meluas. Salah satu akar konflik menahun itu adalah status etnis minoritas Rohingya yang masih dianggap imigran ilegal di Myanmar.
Pemerintah Myanmar tak mengakui dan tak memberi status kewarganegaraan kepada mereka. Sebagai akibat tiadanya kewarganegaraan, etnis Rohingya tak bisa mengakses pendidikan, layanan kesehatan, dan bahkan pekerjaan yang layak. Mereka betul-betul terabaikan dan terpinggirkan. Maurice Duverger menjelaskan bahwa dalam setiap kelompok masyarakat senantiasa diwarnai oleh konflik dan integrasi secara fluktuatif. Konflik berubah menjadi integrasi apabila terjadi kompromi yang didasari oleh rasa keadilan (Duverger, Maurice, Sosiologi Politik, PT. Rajawali Grafindo Persada, Jakarta, 1998).
Akar konflik yang lain adalah adanya kecemburuan terhadap etnis Rohingya. Populasi etnis Muslim Rohingya dalam beberapa dasawarsa ini terus meningkat. Tentu saja, hal ini menyebabkan kecurigaan dan kecemburuan pada etnis mayoritas Rakhine. Bagi mereka, keberadaan etnis Rohingya pun sangat mungkin dianggap “kerikil dalam sepatu”, yakni sesuatu yang terus mengganggu. Keberadaan etnis Rohingya dianggap mengurangi hak atas lahan dan ekonomi, khususnya di wilayah Arakan, Rakhine yang menjadi pusat kehidupan etnis Muslim ini.
Konflik Etnis Rohingya dan Etnis Rakhine
Konflik yang melibatkan dua etnis ini tidak bisa dilepaskan dari faktor sejarah. Kata Rohingya berasal dari kata Rohang, yang merupakan nama lama dari negara bagian Arakan. Arakan dulunya merupakan sebuah negara independen yang pernah dikuasai secara bergantian oleh orang Hindu, Budha dan Muslim. Pada 1203 M, Bengali menjadi sebuah negara Islam,d an sejak saat itu pula pengaruh Islam mulai merambah masuk kewilayah Arakan.
Hingga pada akhirnya pada 1430 M, Arakan menjadi sebuah negara Muslim.yang ditandai dengan diratifikasinya Perjanjian Yandabo menyebabkan Burma, Arakan dan Tenasserim dimasukkan ke wilayah British-India. Selama 350 tahun kerajaan Muslim berdiri di Arakan dan Umat Islam hidup dengan tenang. Namun pada 24 September 1784 M. Raja Boddaw Paya dari Burma menginvasi Arakan dan menguasainya. Pada 1824-1826 perang Anglo-Burma pertama pecah.
Perang ini berakhir pada 24 Februari 1426. Tahun 1935 diputuskan bahwa Burma terpisah dari British-India tepatnya mulai tanggal 1 April 1937 melalui keputusan ini pula digabungkanlah Arakan menjadi bagian British-Burma.Hal ini bertentangan dengan keinginan mayoritas penduduknya yang beragama Islam dan ingin bergabung dengan India. Hingga pada akhirnya Arakan menjadi bagian Burma yang merdeka pada Tahun 1948.
Tidak seperti etnis lain yang setidaknya diakui warganegaranya oleh Myanmar, masyarakat Rohingya dianggap sebagai penduduk sementara. Sebagai “orang asing”, masyarakat Rohingya tidak diperbolehkan bekerja sebagai pengajar, perawat, abdi masyarakat atau dalam layanan masyarakat Mereka, dianggap sebagai orang-orang yang tak bernegara dan tidak diakui oleh pemerintah Myanmar.
Etnis yang terletak di Myanmar Utara ini terpinggirkan oleh pemerintahan junta militer dan di wilayah Rohingya, para pengajarnya biasanya berasal dari golongan etnis Budha Rakhine, yang seringkali menghalangi kesempatan untuk mendapatkan pendidikan bagi masyarakat Rohingya. Pemerkosaan dan kerja paksa adalah hal yang cukup lazim bagi etnis Rohingya di Myanmar. Tentara Myanmar kerapkali meminta uang dari mereka dan ketika mereka tidak dapat membayar, mereka akan ditahan dan disiksa. Masyarakat Rohingya juga mengalami penyiksaan secara religi. Hampir seluruh masyarakat Rohingya adalah beragama Islam.
Dalam tiga tahun terakhir, setidaknya 12 Masjid di Arakan Utara dihancurkan, dengan jumlah terbesar di tahun 2006. Sejak 1962, tidak ada Masjid baru yang dibangun. Bahkan para pemimpin agama telah dipenjara karena merenovasi Masjid. Seorang pejabat senior Perserikatan Bangsa-Bangsa yang sering bertugas ke daerah-daerah krisis kemanusiaan Perlakuan rezim Burma terhadap kaum minoritas Muslim Rohingya, disebut-sebut “seburuk-buruk perlakuan terhadap kemerdekaan manusia”. Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat, Valerie Amos, menyatakan bahwa Rohingya dipandang sebagai salah satu komunitas paling tertindas di dunia.
Faktor Penyebab Konflik Rohingya
Berikut ini adalah faktor-faktor kronologis penyebab konflik Rohingya dari suratkabar Myanmar dan dari beberapa media internasional. Surat kabar The New Light of Myanmar edisi 4 Juni 2012, melaporkan satu berita mengenai pemerkosaan dan pembunuhan seorang gadis oleh tiga orang pemuda. Pertama, pada tanggal 4 Juni, terjadi insiden pemerkosaan dan pembunuhanseorang gadis Buddha berumur 27 tahun, putri U Hla Tin, ditikam sampai mati oleh orang tak dikenal.
Kasus tersebut kemudian dilaporkan ke Kantor Polisi Kyauknimaw oleh U WinMaung, saudara korban. Kemudian menetapkan tiga tersangka, yaitu Htet (a) Rawshi bin U Kyaw Thaung(Bengali/Muslim), Rawphi bin Sweyuktamauk (Bengali/Muslim) dan Khochi binAkwechay (Bengali/ Muslim).Menurut berita harian New Light dan beberapa blog orang Myanmar menyebutkan bahwa beredar foto-foto dan informasi bahwa “menurut bukti forensik polisi dan juga saksi mata yangmelihat tubuh korban, ia diperkosa beberapa kali oleh tiga pemuda Bengali Muslim dantenggorokannya digorok, dadanya ditikam beberapa kali dan organ wanitanya ditikam dandimutilasi dengan pisau. Setelah itu lebih dari seribu massa marah dan hampir menghancurkan kantor polisi di mana tiga pelaku ditangkap.
Kedua, terjadi insiden yang menewaskan 10 orang muslim di dalam bus. Ini merupakan  kasus terburuk dan pemicu tragedi Rohingya adalah pembantaian terhadap 10 orang Muslim peziarah yangada dalam sebuah bus di Taunggup dalam perjalanan dari Sandoway ke Rangoon padatanggal 4 Juni.”Koran New Light Myanmar edisi 5 Juni 3 memberitakan rincian mengenai  pembunuhan sepuluh orang Burma Muslim oleh massa Arakan sebagai berikut:
“Sehubungan dengan kasus Ma Thida Htwe yang dibunuh kejam pada tanggal 28 Mei,sekelompok orang yang terkumpul dalam Wunthanu Rakkhita Association, Taunggup,membagi-bagikan selebaran pada 4 Juni kepada penduduk lokal ditempat-tempat ramai di Taunggup, disertai foto Ma Thida Htwe dan memberikan penekanan bahwa massa Muslim telah membunuh dan memperkosa dengan keji wanitaRakhine.
Ketiga, Di Myanmar sendiri etnis Rohingya tidak diakui sebagai bagian dari bangsa Birma, bahkan ketika junta militer mengubah nama negaranya dari Bhurma(Birma) menjadi Myanmar, supaya etnis lain non-birma menerima integrasi dalam satu bangsa Myanmar. Etnis Rohingya tidak diakui pemerintah junta militer, mereka tak diberikartu identitas warga negara.
Etnis Birma yang menjadi mayoritas di Myanmar punmenyebut etnis Rohingya sebagai "suku Bengali", menunjukan mereka tidak menerimaetnis Rohingya sebagai salah satu etnis di Myanmar. Mereka menganggap etnis Rohingyaitu "pendatang haram" dari Bangladesh, walau fakta sejarahnya etnis Rohingya telah ada ditanah itu (Rakhine state) selama ratusan tahun berdampingan dengan burmanese lainnya.
Keempat, seorang tokoh biksu nasionalis Wirathu mengungkapkan alasan konflik agama yang terjadi di Myanmar. Alasannya adalah karena takut Myanmar akan seperti Negara Indonesia setelah agama Islam masuk pada abad ke-13 dan akhirnya berhasil menyebar dan menjadi agama mayoritas pada akhir abad ke-16 khususnya di pulau-pulau besar dan utama. Muslim Myanmar dengan uang dan menjadi kaya akan menikahi perempuan Buddha Burma sehingga mereka akhirnya masuk Islam dan akhirnya menyebarkan agama tersebut. Akhirnya, tokoh tersebut ditahan dan dijatuhi hukuman 25 tahun penjara setelah divonis bersalah karena menyebarkan pamflet anti-Muslim dan akhirnya mendorong terjadinya kerusuhan konflik agama.
Menurut pakar Politik Islam di Asia Tenggara Muhammad Faris Al-Fadhat, S.IP, M.A, ada beberapa faktor yang menyebabkan ketegangan Muslim dan Buddha di Myanmar.
Pertama, Muslim di Myanmar merupakan pendatang dan penduduk asli Myanmar adalah Buddha. Masuknya Islam ke Myanmar pada abad ke-9 Masehi, tidak terlalu diterima oleh penduduk asli Burma. Berbeda dengan negara di Asia Tenggara lainnya, Islam datang disambut baik oleh pribumi dan diterima sebagai agama bagi mereka. Sebagai contohnya di Indonesia, Malaysia dan Thailand, Islam diterima dengan baik oleh pribumi.
Cara masuknya Islam di Asia Tenggara kebanyakan dibawa oleh pedagang, akan tetapi di Myanmar bukan cuma pedagang. Islam masuk ke Myanmar juga dibawa oleh imigran dari India, yangmana imigrasi tersebut atas dasar pendudukan Inggris di India. Kemudian pada tahun 1824 Inggris berhasil menduduki Burma.
Dengan kebijakan Inggris tersebutlah penduduk India dipindahkan ke Burma, dengan tujuan untuk membantu Inggris dalam mengelola swadaya ekonomi di Burma. Ambisi Inggris untuk menduduki Burma disebabkan oleh letak strategis Burma dalam jalur perdagangan. Myanmar yang berada diantara dua peradaban besar, yaitu India dan China sebagai peradaban yang paling tua di dunia, membuat Myanmar menjadi jalur perdagangan yang strategis.
Sedangkan alasan Inggris mengambil orang India sebagai pekerja di Burma, disebabkan oleh lamanya Inggris menduduki India. Dengan demikian kesetiaan orang India akan lebih kuat dari Burma menurut Inggris, selain itu di India tidak terlalu kuat pemberontakan pribumi atas pendudukan Inggris disana. Sehingga Inggris menjadikan India sebagai bagian dari negara persemakmuran atau disebut British India.
Kedua, orang India yang dipindahkan ke Mynamar oleh Inggris menguasai perekonomian. Hampir seluruh sektor ekonomi di Myanmar terdapat orang India, mulai dari sektor ekonomi pasar hingga merambah ke ranah pemerintahan. Namun yang menjadi permasalahan adalah migrasi dari India tersebut beragama Islam atau Muslim. Sehingga penduduk asli Myanmar yang beragama Buddha cemburu, disebabkan oleh banyaknya sektor ekonomi yang dikuasai oleh Muslim India sedangkan penduduk asli kurang mendapat tempat.
Muslim India yang mendapat tempat yang bebas dari Inggris, mulai membentuk organisasi sosial kemasyarakatan. Gerakan sosial yang dibuat oleh Muslim India bertujuan untuk memakmurkan ekonomi masyarakat di sekelilingnya. Selain organisasi keagamaan yang dibentuk oleh Muslim India, gerakan sosial dan keagamaan Muslim India tersebut tidak dilarang oleh Inggris. Hal tersebut disebabkan oleh gerakan Muslim India tidak mengganggu pendudukan Inggirs di Burma, berbeda dengan penduduk asli Burma yang menyatakan perang pada Inggris.
Akhirnya penduduk asli Buddha Burma menyatakan kebenciannya terhadap Muslim India. Yangmana dulunya penduduk asli hanya berusaha melawan penjajah yaitu Inggris, bertambah menjadi memusuhi Muslim India yang dibawa oleh Inggris ke Burma. Muslim India yang menjadi tulang punggung dari Inggris mendapat sentimen dari penduduk asli Burma.
Hingga pada tahun 1930-an kebencian panduduk Buddha Burma terhadap Muslim India berubah menjadi kebencian terhadap Islam. Untuk mengurangi ketegangan tersebut, Muslim India mulai bersifat terbuka dan berinteraksi lebih dekat dengan penduduk asli Burma. Adapun nama Muslim India setelah tahun 1930 tersebut disamakan dengan nama Burma. Dengan cara meninggalkan nama Islam dan menggunakan nama Burma, rupanya sentimen anti Muslim India berkurang di Burma.
Ketiga, beragam Muslim di Burma. Adapun imigran di Burma berasal dari berbagai negara seperti India, Bangladesh, China dan lainnya. Dari imigran tersebut mayoritas adalah orang Islam. Imigran dari Bangladesh dikenal sekarang ini sebagai etnis Rohingya, sedangkan imigran dari China disebabkan oleh jatuhnya Kesultanan Yuna (Muslim China) ke tangan kekaisaran China. Sehingga penduduk Musim China mencari suaka ke Burma. Adapun Muslim Rohingya yang pernah ingin kembali ke Bangladesh, tapi tidak diterima oleh Bangladesh. Disebabkan oleh sudah lamanya etnis Rohingya tinggal di Burma, itulah alasan Bangladesh menolak etnis Rohingya untuk kembali ke tanah asalnya.
Dampak yang terjadi yaitu Krisis kemanusiaan. Dimana Krisis kemanusiaan  yaitu kasus kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia terhadap kelompok minoritas muslim Rohingya di Myanmar telah menyita perhatian publik internasional. Eskalasi konflik yang meningkat antara Buddha Arakan dengan muslim Rohingya memberikan gambaran yang buruk mengenai keseriusan pemerintah Myanmar dalam penegakan hukum dan hak asasi manusia.
Krisis Rohingya ini dipicu oleh insiden pemerkosaan dan pembunuhan terhadap Ma Thida Htwe (27 tahun), seorang gadis Buddhis Arakan, yang dilakukan oleh beberapa oknum muslim Rohingya pada Mei 2012. Insiden tersebut kemudian memicu gejala kebencian terhadap muslim Rohingya di seluruh daerah Arakan. Beberapa hari setelah insiden itu, masyarakat Buddhis Arakan membalas dengan memukuli dan membunuh 10 orang etnis Rohingya, dalam satu insiden pencegatan dan pembunuhan penumpang bus antar-kota, hingga tewas di Taunggup.
Insiden pembunuhan tersebut menjadi awal bagi meningkatnya gejala kekerasan yang dan pelanggaran hak asasi manusia yang dialami oleh muslim Rohingya. Kelompok Buddhis Arakan, didukung oleh pendeta Buddha lokal dan aparat keamanan Myanmar, melakukan berbagai tindakan kekerasan secara sistematis terhadap muslim Rohingya meliputi pemukulan, pemenggalan, pembunuhan, pemerkosaan, pembakaran tempat tinggal, pengusiran dan isolasi bantuan ekonomi.
Berbagai tindakan kekerasan ini digunakan sebagai cara untuk mengusir etnis Rohingya keluar dari Myanmar. Aksi anarkisme yang dilakukan oleh masyarakat Arakan ini tidak mendapat perhatian serius dari pemerintah Myanmar. Pemerintah Myanmar dinilai sengaja mengambil kebijakan yang diskriminatif terhadap muslim Rohingnya dan adanya dugaan upaya pembersihan etnis (ethnic cleansing) yang dilakukan oleh aparat keamanan Myanmar kepada etnis Rohingya.
Masa Kejayaan Komunitas Muslim Myanmar
Mengenai penerimaan terhadap Islam, dalam sejarah kerajaan Myanmar juga mencatat beberapa kejadian penting. Misalnya, pada abad ke 19, raja kerajaan Myanmar yang bernama Mindon, pernah dengan sangat terbuka mengangkat banyak tokoh komunitas muslim di kerajaannya menempati posisi-posisi yang strategis. Termasuk tentara kerajaan dan pejabat pemerintahan daerah seperti gubernur dan walikota.
Raja ini bahkan mengangkat hakim muslim agar hukum syariah dapat diterapkan di sana. Raja Mindon tidak berhenti sampai di situ, beliau juga dikenal membangun beberapa masjid untuk kepentingan komunitas muslim yang ada di Myanmar, bahkan di dalam istana kerajaannya pun ada gedung yang ditujukan sebagai masjid dengan fondasi bangunan yang terbuat dari emas. Istana itu kemudian dihancurkan oleh Koloni Inggris yang merubahnya menjadi lapangan polo berkuda.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Konflik etnis yang terjadi di Myanmar dan melibatkan dua kelompok etnis lokal antara Rohingya dan Rakhine ini dalam penyelesaiannya mendapatkan banyak respon dari dunia internasional. Konflik yang melibatkan dua etnis ini tidak bisa dilepaskan dari faktor sejarah. Kata Rohingya berasal dari kata Rohang, yang merupakan nama lama dari negara bagian Arakan. Arakan dulunya merupakan sebuah negara independen yang pernah dikuasai secara bergantian oleh orang Hindu, Budha dan Muslim. Pada 1203 M, Bengali menjadi sebuah negara Islam,d an sejak saat itu pula pengaruh Islam mulai merambah masuk kewilayah Arakan.
Hingga pada akhirnya pada 1430 M, Arakan menjadi sebuah negara Muslim.yang ditandai dengan diratifikasinya Perjanjian Yandabo menyebabkan Burma, Arakan dan Tenasserim dimasukkan ke wilayah British-India. Selama 350 tahun kerajaan Muslim berdiri di Arakan dan Umat Islam hidup dengan tenang. Namun pada 24 September 1784 M. Raja Boddaw Paya dari Burma menginvasi Arakan dan menguasainya. Pada 1824-1826 perang Anglo-Burma pertama pecah.
Perang ini berakhir pada 24 Februari 1426. Tahun 1935 diputuskan bahwa Burma terpisah dari British-India tepatnya mulai tanggal 1 April 1937 melalui keputusan ini pula digabungkanlah Arakan menjadi bagian British-Burma.Hal ini bertentangan dengan keinginan mayoritas penduduknya yang beragama Islam dan ingin bergabung dengan India. Hingga pada akhirnya Arakan menjadi bagian Burma yang merdeka pada Tahun 1948.
Konflik ini mencuat hingga terjadi pembantaian terhadap muslim rohingya. Dan sedang di upayakan solusi untuk mengakhiri konflik antar entis ini, agar tidak lagi memakan korban.

B.    Saran
Semoga kasus ini cepat dituntaskan agar muslim rohingya dapat hidup dengan bebas tampa harus kuwatir bahwa mereka akan kembali di bantai atau sebagainya, harus ada penegasan dari pihak interasional dan tidak lupa ASEAN dalam hal ini harus menyelasaikan permasalah yang ada di negara anggotanya.


No comments:

Post a Comment