MAKALAH
SISTEM
PENCATATAN PERSEDIAAN
Oleh :
Agus Sugianto
B04150046
FAKULTAS
EKONOMI
PROGRAM
STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS
MATHLA’UL ANWAR
Tahun 2018
KATA PENGANTAR
Puji dan
Syukur mari kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Rahmat taufik dan hidayah-Nya sehingga Makalah ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya.
Penyusun menyadari banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini, itu dikarenakan kemampuan yang
terbatas. Namun berkat bantuan dan dorongan serta bimbingan dari berbagai
pihak, akhirnya pembuatan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penyusun berharap dengan
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi Penyusun dan bagi para pembaca pada
umumnya serta semoga dapat menjadi bahan pertimbangan dan meningkatkan prestasi
dimasa yang akan datang.
Pandeglang, Januari 2018
Penyusun
DAFATAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................
i
DAFTAR ISI...................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang .................................................................................... 1
B.
Tujuan...................................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
persediaan...........................................................................
2
B.
Klasifikasi persediaan...........................................................................
2
C.
Sistem pencatatan
persediaan .............................................................. 3
D.
Metode dalam penentuan nilai persediaan...........................................
8
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan...........................................................................................
10
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
B. Latar
Belakang
Persediaan adalah segala sesuatu / sumber-sumber
daya organisasi yang di simpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan
permintaan dari sekumpulan produk physical pada berbagai tahap proses
transformasi dari bahan mentah ke barang dalam proses,dan kemudian barang jadi
(Handoko, 1997:hal 333)
Persediaan merupakan salah satu asset yang paling
mahal dibanyak perusahaan, mencerminkan sebanyak 40% dari total modal yang
diinvestasikan. Manajer operasi diseluruh dunia telah lama menyadari bahwa
manajement persediaan yang baik itu sangatlah penting disatu pihak, suatu
perusahaan dapat mengurangi biaya dengan cara menurunkan tiket persediaan
ditangan. Dipihak lain, konsumen akan merasa tidak puas bila suatu produk
stoknya habis. Oleh karena itu, perusahaan harus mencapai keseimbangan antara
investasi persediaan dan tingkat pelayanan konsumen.
Semua organisasi mempunyai beberapa jenis system
perencanaan dan pengendalian persediaan. Dalam hal produk-produk fisik,
organisasi harus menentukan apakah akan membeli atau membuat sendiri produk
mereka. Setelah hal ini diterapkan, langkah berikutnya adalah meramalkan
permintaan. Kemudian manajer operasi menetapkan persediaan yang diperlukan
untuk melayani permintaan tersebut.
C. Tujuan
Tujuan disusunnya
makalah ini adalah untuk membahas tentang sistem pencatatan persediaan, dengan
disusunnya makalah ini semoga memberikan manfaat yang besar bagi penyusun
khususnya dan bagi pembaca umumnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
persediaan
Persediaan
adalah pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam operasi
bisnis normal, atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam membuat
barang yang akan dijual. Dapat disimpulkan bahwa Persediaan (Inventory),
merupakan aktiva perusahaan yang menempati posisi yang cukup penting dalam
suatu perusahaan, baik itu perusahaan dagang maupun perusahaan industri
(manufaktur), apalagi perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi, hampir 50%
dana perusahaan akan tertanam dalam persediaan yaitu untuk membeli bahan-bahan
bangunan.
Berdasarkan pengertian di atas maka perusahaan jasa tidak
memiliki persediaan, perusahaan dagang hanya memiliki persediaan barang dagang
sedang perusahaan industri memiliki 3 jenis persediaan yaitu persediaan bahan
baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi (siap untuk
dijual).
Dalam laporan keuangan, persediaan merupakan hal yang sangat
penting karena baik laporan Rugi/Laba maupun Neraca tidak akan dapat disusun
tanpa mengetahui nilai persediaan. Kesalahan dalam penilaian persediaan akan
langsung berakibat kesalahan dalam laporan Rugi/Laba maupun neraca.
B. Klasifikasi persediaan
Klasifikasi persediaan dapat dibedakan
menjadi dua , yaitu :
a)
Menurut PSAK no.14 (2007)
Istilah persediaan dalam akuntansi ditujukan untuk menyatakan
suatu jumlah aktiva berwujud yang memenuhi kriteria (PSAK : Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan Indonesia No. 14) yang menyatakan bahwa persediaan adalah aktiva:
Ø tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal.
Ø dalam proses produksi dan atau perjalanan atau
Ø dalam bentuk bahan (atau perlengkapan) untuk digunakan dalam proses produksi
b) Menurut
jenis perusahaan
Persediaan
barang diklasifikasikan sesuai dengan jenis usaha perusahaan tersebut. Dalam
perusahaan perdagangan persediaan barang merupakan aktiva dalam bentuk siap
dijual kembali dan yang paling aktif dalam operasi usahanya. Sedangkan dalam
perusahaan pabrikasi atau manufaktur, persediaan barang dapat diklasifikasikan
sebagai berikut : persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi.
Terdapatnya klasifikasi persediaan yang berbeda antara perusahaan perdagangan
dengan perusahaan manufaktur adalah karena fungsi dua perusahaan itu memang
berbeda. Fungsi perusahaan perdagangan adalah menjual barang yang diperolehnya
dalam bentuk sudah jadi. Dengan kata lain, tidak ada proses pengolahan
seandainya terjadi pengolahan maka pengolahan tersebut terbatas pada
pembungkusan atau pemberian kemasan agar barang lebih menarik selera konsumen.
Sedangkan fungsi perusahaan manufaktur adalah mengolah bahan mentah menjadi
produk selesai.
C.
Sistem pencatatan persediaan
Persediaan
merupakan bagian penting dalam proses berjalannya suatu perusahaan. Dikatakan
demikian karena persedian terbilang sangat menentukan tingkat keuntungan yang
diperoleh perusahaan nantinya. Jika persediaan yang dimiliki sangat memadai,
maka bukan tidak mungkin ada harapan keuntungan yang bisa di capai, namun akan
sebaliknya, jika persediaan kurang memadai maka akan berdampak pada menurunnya
tingkat keuntungan perusahaan bersangkutan.
Dan
berikut ini ada dua sistem pencatatan untuk persediaan,
yaitu :
Ø Sistem
pencatatan persediaan perpetual (Perpetual Inventory System)
Ø Sistem
pencatatan persediaan periodik (Periodic Inventory System)
1. Sistem
Periodik (physical) yaitu pada setiap akhir periode dilakukan
perhitungan secara phisik untuk menentukan jumlah persediaan akhir. Perhitungan
tersebut meliputi pengukuran dan penimbangan barangbarang yang ada pada akhir
suatu periode untuk kemudian dikalikan dengan suatu tingkat harga/biaya.
Perusahaan yang menerapkan sistem periodik umumnya memiliki karakteristik persediaan
yang beraneka ragam namun nilainya relatif kecil. Sebagai ilustrasi adalah kios
majalah di sebuah pusat perkantoran dan pertokoan yang menjual berbagai jenis
majalah, koran, alat tulis, aksesoris handphone, dan gantungan kunci. Jenis
persediaan beraneka ragam namun nilainya relatif kecil sehingga tidaklah
efisien jika harus mencatat setiap transaksi yang nilainya kecil namun
frekuensi transaksi tinggi. Meskipun demikian sebenarnya pada saat ini alasan
tersebut dapat diabaikan dengan adanya teknologi komputer yang meMudahkan
pencatatan transaksi dengan frekuensi tinggi, misalnya seperti di toko retail.
2.
Sistem Permanen (Perpetual),
yaitu melakukan pembukuan atas persediaan secara terus menerus yaitu dengan
membukukan setiap transaksi persediaan baik pembelian maupun penjualan. Sistem
perpetual ini seringkali digunakan dalam hal persediaan memiliki nilai yang
tinggi untuk mengetahui posisi persediaan pada suatu waktu sehingga perusahaan
dapat mengatur pemesanan kembali persediaan pada saat mencapai jumlah tertentu.
Misalnya persediaan alat rumah tangga elektronik (mesin cuci, kulkas,
microwave).
Perbedaan penggunaan kedua
metode adalah pada akun yang digunakan untuk mencatat pembelian persediaan.
Pada system pencatatan periodik pembelian persediaan dicatat dengan mendebit
akun pembelian sehingga pada kahir periode akan dilakukan penyesuaian untuk
mencatat harga pokok barang yang dijual dan melaporkan nilai persediaan pada
akhir periode.
Persediaan
adalah barang yang dimiliki untuk dijual atau untuk diproses selanjutnya
dijual. Berdasarkan pengertian di atas maka perusahaan jasa tidak memiliki
persediaan, perusahaan dagang hanya memiliki persediaan barang dagang sedang
perusahaan industri memiliki 3 jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku,
persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi (siap untuk dijual).
Dalam
laporan keuangan, persediaan merupakan hal yang sangat penting karena baik
laporan Rugi/Laba maupun Neraca tidak akan dapat disusun tanpa mengetahui nilai
persediaan. Kesalahan dalam penilaian persediaan akan langsung berakibat
kesalahan dalam laporan Rugi/Laba maupun neraca.
Dalam perhitungan Rugi/Laba nilai
persediaan (awal & akhir) mempengaruhi besarnya Harga Pokok Penjualan
(HPP).
HPP = PERSEDIAAN AWAL+PEMBELIAN
BERSIH– PERSEDIAAN AKHIR
Untuk
mencatat taransaksi-transaksi yang mempengaruhi nilai persediaan, terdapat 2
metode sebagai berikut :
1. Metode Pisik/Periodik
(Periodik/Phisical Inventory System)
Dalam metode ini pencatatan
persediaan hanya dilakukan pada akhir periode akuntansi melalui ayat jurnal
penyesuaian. Transaksi yang mempengaruhi persediaan, dicatat masing-masing
dalam perkiraan tersendiri sebagai berikut: Pembelian , Retur pembelian , Penjualan
dan Retur penjualan.
PERIODE AWAL
Perobahan
persediaan (Harga Pokok)
|
999,999.99
|
|
Persediaan
|
|
999,999.99
|
PEMBELIAN
Pembelian
(Harga Pokok)
|
999,999.99
|
|
Ppn
|
999,999.99
|
|
Utang
/ Kas
|
|
999,999.99
|
PENJUALAN
Piutang/
Kas /Bank
|
999,999.99
|
|
Penjualan
|
|
999,999.99
|
Ppn
|
|
999,999.99
|
AKHIR PERIODE
Persediaan
|
999,999.99
|
|
Perubahan
Persediaan (Harga Pokok)
|
|
999,999.99
|
Untuk mendapatkan nilai persediaan
secara periodik dilakukan perhitungan fisik (Stock Opname).
Metode ini sudah mulai ditinggalkan
karena secara jelas tidak mendukung integrasi system dimana, sepanjang peridode
akuntansi berjalan tidak tersedia data mengenai posisi persediaan. Hal
ini menyebabkan data bagian akuntansi kurang mendukung operasional.
Laporan neraca dan rugilaba tidak akan dapat dibuat sebelum nilai
persediaan diketahui.
2. Metode
Perpetual (Continual Inventory System)
Dalam metode ini pencatatan
persediaan dilakukan setiap terjadi transaksi yang mempengaruhi persediaan.
Saldo perkiraan persediaan akan menunjukan saldo persediaan yang sebenarnya.
Dengan demikian pada saat penyusunan laporan keuangan tidak diperlukan ayat
jurnal penyesuaian. Pencatatan transaksi kedalam perkiraan persediaan, adalah
berdasarkan harga pokok produksi, baik transaksi pembelian maupun penjualan.
Metode ini akan menampilkan dapat menyediakan laporan neraca setiap saat
baik untuk di print_out maupun secara visual.
A.
WAKTU PEMBELIAN
Persediaan
|
999,999.99
|
|
Ppn
|
999,999.99
|
|
Utang/Kas/Bank
|
|
999,999.99
|
B.
WAKTU DISTRIBUSI (PEMAKAIAN)
Persediaan
barng dalam proses
|
999,999.99
|
|
Pesediaan
bahan baku
|
|
999,999.99
|
C.
PENERIMAAN HASIL PRODUKSI
Persediaan
barang Jadi
|
999,999.99
|
|
Persediaan
Dalam Proses
|
|
999,999.99
|
PENJUALAN
1.
Harga Jual
Piutang/Kas/Bank
|
999,999.99
|
|
Penjualan
|
|
999,999.99
|
Ppn
|
|
999,999.99
|
2.
Harga Pokok
Harga
Pokok Penjualan
|
999,999.99
|
|
Persediaan
Barang yang dijual
|
|
999,999.99
|
PENYESSUAIAN AKHIR
1.
JIKA SALDO SEMENTARA < STOCK OPNAME
Koreksi
persediaan/Barang dalam proses
|
999,999.99
|
|
Koreksi
pemakaian bahan
|
|
999,999.99
|
2.
JIKA SALDO SEMENTARA > STOCK OPNAME
Koreksi
pemakaian Bahan
|
999,999.99
|
|
Persediaan/Barang
dalam prosess
|
|
999,999.99
|
Walaupun system perpetual
menyediakan data persediaan secara terus menerus namun tetap diperlukan
perhitungan fisik yang berfugnsi untuk mencocokan fisik dengan catatan
buku.
Penilaian Persediaan
Masalah-masalah yang timbul dalam
penilaian persediaan dalam satu periode adalah :
Menetapkan jumlah dan nilai
persediaan yang sudah terjual / sudah menjadi biaya.
Menentukan jumlah dan nilai
persediaan yang belum terjual (yang harus dilaporkan dineraca)
Harga
Pokok (Cost) dalam persediaan adalah semua pengeluaran-pengeluaran
langsung/tidak langsung yang timbul untuk perolehan penyiapan dan penempatan
agar persediaan tersebut dapat dijual.
Terdapat
beberapa biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan persediaan antara lain harga
beli, biaya-biaya pembelian, ongkos angkut, pajak, asuransi, pergudangan dan
lain-lain, namun harga pokok barang biasanya hanya terdiri dari harga
beli ditambah ongkos angkut sedangkan biaya-biaya lain dicatat sebagai biaya
dalam perkiraan tersendiri untuk periode yang bersangkutan.
Dalam perusahaan industri maupun
perusahaan dagang, transaksi menyangkut persediaan adalah hal pokok
yang menyangkut sebagian besar system akuntansi. Untuk itu perlu
dibedakan dengan jelas sehingga dapat dipahami bahwa subs system
Inventory hanyalah bagian tertentu dari persediaan
Subs
system yang secara langsung berkaitan dengan persediaan adalah Accounts
Payable, Accounts Receivable sedangkan Kas yang telah kita bahas dapat
berhubungan secara langsung dan dapat pula tidak.
Subs System Inventory, Purchase dan
Invoice biasa merupakan subs system khusus mengolah data operasional yang
menghasilkan output sebagai bukti transasksi yang digunakan sebagai dasar
pecatatan ke buku besar buku jurnal.
Persediaan dicatat melalui jurnal
Pembelian dan jurnal penjualan sesuai dengan pilihan metode yang dipilih. Pada
aplikasi ini adalah system perpetual Inventory. Proses menyusun jurnal
transaksi dilakukan oleh aplikasi dari file transaksi sehingga pemakai hanya
mencatat transaksi pada formulir elektronik yang disediaakan selanjutnya
adalah tugasnya komputer.
D. Metode dalam penentuan nilai persediaan
Metode yang dapat kita pergunakan. Yaitu : 1.
Metode FIFO 2. Metode LIFO 3.Metode
rata-rata 4.Metode identifikasi khusus.
1. Metode FIFO ( First In First Out )
Dalam metode ini, barang yang pertama kali masuk dianggap dijual terlebih dahulu. Jadi harga barang yang masih tersisa di persediaan kita adalah barang-barang yang terakhir dibeli oleh kita.
2. Metode LIFO ( Last In First Out )
Metode ini merupakan kebalikan dari metode yang pertama disebutkan diatas. Jadi barang yang pertama kali dijual justu adalah barang yang terakhir kali dibeli. Dan barang yang masih ada di persediaan kita adalah barang-barang yang pertama kali kita beli.
3. Metode rata-rata ( Average Method )
Nilai persediaan barang yang ada di unit usaha kita dihitung berdasarkan harga rata-rata pembelian. Dalam metode ini terdapat dua cara penghitungan yang berbeda.
a. Rata-rata sederhana, Nilai rata-rata ditentukan dari rata-rata harga beli barang secara global.
b. Rata-rata tertimbang, niali rata-rata per unit.
4. Metode idetifikasi khusus.
Dalam metode ini penilaian barang sesuai dengan nilai masing-masing jenis barang yang ada. Jadi dalam metode ini setiap barang haruslah jelas darimana asal-usulnya serta harga yang diperoleh ketika pembelian barang tersebut.
1. Metode FIFO ( First In First Out )
Dalam metode ini, barang yang pertama kali masuk dianggap dijual terlebih dahulu. Jadi harga barang yang masih tersisa di persediaan kita adalah barang-barang yang terakhir dibeli oleh kita.
2. Metode LIFO ( Last In First Out )
Metode ini merupakan kebalikan dari metode yang pertama disebutkan diatas. Jadi barang yang pertama kali dijual justu adalah barang yang terakhir kali dibeli. Dan barang yang masih ada di persediaan kita adalah barang-barang yang pertama kali kita beli.
3. Metode rata-rata ( Average Method )
Nilai persediaan barang yang ada di unit usaha kita dihitung berdasarkan harga rata-rata pembelian. Dalam metode ini terdapat dua cara penghitungan yang berbeda.
a. Rata-rata sederhana, Nilai rata-rata ditentukan dari rata-rata harga beli barang secara global.
b. Rata-rata tertimbang, niali rata-rata per unit.
4. Metode idetifikasi khusus.
Dalam metode ini penilaian barang sesuai dengan nilai masing-masing jenis barang yang ada. Jadi dalam metode ini setiap barang haruslah jelas darimana asal-usulnya serta harga yang diperoleh ketika pembelian barang tersebut.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Persediaan
(inventory), adalah meliputi semua barang yang dimiliki
perusahaan pada saat tertentu, dengan tujuan untuk dijual atau dikonsumsi dalam
siklus operasi normal perusahaan. Aktiva lain yang dimiliki perusahaan, tetapi
tidak untuk dijual atau dikonsumsi tidak termasuk dalam klasifikasi persediaan.
Persediaan merupakan aktiva perusahaan yang menempati posisi yang cukup penting
dalam suatu perusahaan. Metode yang dapat digunakan dalam hubungannya dengan
pencatatan persediaan ada dua, yaitu:
1.
Metode Stock Opname atau
Metode Periodik (Fisik)
2. Metode
Perpetual.
Masalah
kepemilikan barang dalam perjalanan (Goods in transit)
sangat tergantung dari perjanjian yang disepakati oleh penjual dan pembeli. 2
syarat tersebut adalah (1) Fob Shipping Point dan
(2) Fob Destination. Tidak semua barang yang berada di
gudang/toko bisa diakui menjadi milik perusahaan, misalnya barang titipan
(barang konsinyasi) dari pihak lain dengan tujuan akan dijual untuk dan atas
nama pihak lain tersebut dengan mendapatkan sejumlah komisi (consignment in) tidak dapat diakui sebagai milik
perusahaan. Sebaliknya untuk barang yang sifatnya consigment out, yang sampai dengan tanggal neraca belum
terjual harus dicantumkan di Neraca. Sistem pencatatan (administrasi)
persediaan ada dua, yang pertama sistem fisik/periodik (periodic inventory system), berdasarkan sistem ini
persediaan ditentukan dengan melakukan menghitung fisik terhadap persediaan.
DAFTAR PUSTAKA
http://erisetyo21.blogspot.co.id/2015/02/makalah-akuntansi-persediaan.html
https://dosenakuntansi.com/metode-pencatatan-persediaan-barang-dagang
http://darmansyah.weblog.esaunggul.ac.id/2015/03/21/metode-pencatatan-persediaan/
http://www.akuntansilengkap.com/akuntansi/metode-sistem-pencatatan-persediaan-periodik-dan-perpetual-beserta-contoh-transaksinya/
No comments:
Post a Comment