SEJARAH SENI RUPA INDONESIA
SENI RUPA HINDU BUDHA
Tugas mata pelajaran Seni Rupa
Tahun Ajaran 2017/2018
Disusun oleh kelompok 2
Ketua : Dila Maulida
Fadilah
Anggota : 1. Dimas Wijaya
Sukma
2. Muhamad Erlanga
3. Yoga Ariesandi
4. Listiani Rahayu Ningsih
5. Retasya Aulia
6. Sri Indah Sulastri
Kelas XII IIS 1
SMA NEGERI 4 PANDEGLANG
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur mari
kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat
taufik dan hidayah-Nya sehingga Makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Penyusun
menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, itu dikarenakan
kemampuan yang terbatas. Namun berkat bantuan dan dorongan serta bimbingan dari
berbagai pihak, akhirnya pembuatan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Penyusun
berharap dengan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi Penyusun dan bagi
para pembaca pada umumnya serta semoga dapat menjadi bahan pertimbangan dan
meningkatkan prestasi dimasa yang akan datang.
Menes,
Januari 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................
i
DAFTAR ISI..................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang....................................................................................................
1
B.
Tujuan.................................................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kesenian Hindu Budha....................................................................
2
B.
Kesenian Yang
Dipengaruhi Oleh Hindu Budha .............................................. 2
C.
Unsur-Unsur Seni Rupa
Zaman Hindu Budha .................................................. 3
D.
Seni Rupa Yang
Dihasilkan Pada Masa Hindu Budha......................................
5
E.
Tokoh-Tokoh Seni Rupa
Zaman Hindu Budha.................................................. 7
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan ........................................................................................................ 10
B.
Saran .................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa Hindu dan
Buddha adalah masa yang mulai penuh warna. Mengapa? Karena pada masa ini
nusantara mulai berani untuk bersentuhan dengan pelbagai dunia asing yang masuk
melalui pelabuhan-pelabuhan yang tersebar di tanah air. Misalnya, dengan adanya
asimilasi serta adaptasi kebudayaan India.
Perkawinan antar
pedagang pendatang dengan pribumi atau warga asli telah melahirkan sebuah
kebudayaan maju dan kompleks yang mampu berbicara banyak pada masa itu.
Pertukaran
barang-barang mineral dan logam sebagal tanda jasa sebagai pembayaran dengan
barter masih menjadi opsi mutIak ketika sistem uang belum banyak dikenal oleh khalayak
penduduk setempat. Hal ini ditunjang dengan menjamurnya berbagai patung-patung
Buddha dalam berbagai dewa-dewa yang diyakini dalam aliran kepercayaan mereka.
Adapun pada bidang seni rupa, ditandai bangunan candi pada dinding gerbang
pemandian.
B. Tujuan
Tujuan
disusunya makalah ini adalah untuk membahas tentang kesenian hindu budha,
dengan disusunya makalah ini semoga memberikan manfaat bagi ktia semua.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kesenian Hindu Budha
Seni Rupa Zaman Hindu Budha adalah masuknya budaya
asing yang di bawa oleh negara lain, kerajaan - kerajaan yang berkuasa dan
pedagang-pedagang luar yang datang ke Indonesia sehingga tersebar secara,
proses imitasi(peniruan), proses adaptasi(penyesuaian), proses
kreasi(penguasaan).
Indonesia mulai berkembang pada zaman kerajaan
Hindu-Buddha berkat hubungan dagang dengan negara-negara tetangga maupun yang
lebih jauh seperti India, Tiongkok, dan wilayah Timur Tengah. Agama Hindu masuk
ke Indonesia diperkirakan pada awal Masehi, dibawa oleh para musafir dari
India antara lain: Maha Resi Agastya, yang di Jawa terkenal dengan sebutan
Batara Guru atau Dwipayana dan juga para musafir dari Tiongkok yakni musafir
Budha Pahyien.
Pada abad ke-4 di Jawa Barat terdapat kerajaan yang
bercorak Hindu-Buddha, yaitu kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan dengan
Kerajaan Sunda sampai abad ke-16.
Pada masa ini pula muncul dua kerajaan besar, yakni Sriwijaya dan Majapahit. Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok I-Tsing mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Tengah dan Kamboja. Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada, berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan pembentukan kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.
Masuknya ajaran Islam pada sekitar abad ke-12, melahirkan kerajaan-kerajaan bercorak Islam yang ekspansionis, seperti Samudera Pasai di Sumatera dan Demak di Jawa. Munculnya kerajaan-kerajaan tersebut, secara perlahan-lahan mengakhiri kejayaan Sriwijaya dan Majapahit, sekaligus menandai akhir dari era ini.
Pada masa ini pula muncul dua kerajaan besar, yakni Sriwijaya dan Majapahit. Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok I-Tsing mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Tengah dan Kamboja. Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada, berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan pembentukan kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.
Masuknya ajaran Islam pada sekitar abad ke-12, melahirkan kerajaan-kerajaan bercorak Islam yang ekspansionis, seperti Samudera Pasai di Sumatera dan Demak di Jawa. Munculnya kerajaan-kerajaan tersebut, secara perlahan-lahan mengakhiri kejayaan Sriwijaya dan Majapahit, sekaligus menandai akhir dari era ini.
B.
Kesenian
Yang Dipengaruhi Oleh Hindu Budha
Kesenian
rupa zaman Hindu Budha yang saat ini dapat kita liat yaitu, upacara bakar mayat
di bali ( ngaben ), candi borobudur di daerah Jawa tenga, dan tari kecak di
Bali dan masih banyak lagi peninggalan-peninggalan kebudayaan Hindu Budha yang
dapat kita liat saat ini.
Seni
Rupa Zaman Hindu Budha adalah masuknya budaya asing yang di bawa oleh negara
lain, kerajaan - kerajaan yang berkuasa dan pedagang-pedagang luar yang datang
ke Indonesia sehingga tersebar secara, proses imitasi (peniruan), proses
adaptasi (penyesuaian), proses kreasi (penguasaan). Indonesia mulai berkembang
pada zaman kerajaan Hindu-Buddha berkat hubungan dagang dengan negara-negara
tetangga maupun yang lebih jauh seperti India, Tiongkok, dan wilayah Timur
Tengah.
C.
Unsur-Unsur
Seni Rupa Zaman Hindu Budha
a) Ciri – Ciri Seni Rupa Indonesia yang dipengaruhi oleh Hindu
a. Bersifat Peodal, yaitu kesenian berpusat di istana sebagai medi pengabdian Raja (kultus Raja)
b. Bersifat Sakral, yaitu kesenian sebagai media upacara agama
c. Bersifat Konvensional, yaitu kesenian yang bertolak pada suatu pedoman pada sumber hukum agama (Silfasastra)
d. Hasil akulturasi kebudayaan India dengan indonesia
b) Karya Seni Rupa Indonesia Hindu Budha
a. Seni Bangunan:
1) Bangunan Candi
2) Bangunan Pura : Pura adalah bangunan tempat Dewa atau arwah leluhur yang banyak didirikan di Bali. Pura merupakan komplek bangunan yang disusun terdiri dari tiga halaman pengaruh dari candi penataran yaitu:
- Halaman depan terdapat balai pertemuan
- Halaman tengah terdapat balai saji
- Halaman belakang terdapat; meru, padmasana, dan rumah Dewa
3) Bangunan Puri : Puri adalah bangunan yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan pusat keagamaan. Bangunan – bangunan yang terdapat di komplek puri antara lain: Tempat kepala keluarga (Semanggen), tempat upacara meratakan gigi (Balain Munde) dsb.
a) Ciri – Ciri Seni Rupa Indonesia yang dipengaruhi oleh Hindu
a. Bersifat Peodal, yaitu kesenian berpusat di istana sebagai medi pengabdian Raja (kultus Raja)
b. Bersifat Sakral, yaitu kesenian sebagai media upacara agama
c. Bersifat Konvensional, yaitu kesenian yang bertolak pada suatu pedoman pada sumber hukum agama (Silfasastra)
d. Hasil akulturasi kebudayaan India dengan indonesia
b) Karya Seni Rupa Indonesia Hindu Budha
a. Seni Bangunan:
1) Bangunan Candi
2) Bangunan Pura : Pura adalah bangunan tempat Dewa atau arwah leluhur yang banyak didirikan di Bali. Pura merupakan komplek bangunan yang disusun terdiri dari tiga halaman pengaruh dari candi penataran yaitu:
- Halaman depan terdapat balai pertemuan
- Halaman tengah terdapat balai saji
- Halaman belakang terdapat; meru, padmasana, dan rumah Dewa
3) Bangunan Puri : Puri adalah bangunan yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan pusat keagamaan. Bangunan – bangunan yang terdapat di komplek puri antara lain: Tempat kepala keluarga (Semanggen), tempat upacara meratakan gigi (Balain Munde) dsb.
b.
Seni patung Hindu Budha
Patung dalam agama Hindu merupakan
hasil perwujudan dari Raja dengan Dewa penitisnya. Orang Hindu percaya adanya
Trimurti: Dewa Brahma Wisnu dan Siwa.
Untuk membedakan mereka setiap patung diberi atribut ke-Dewaan (laksana/ciri),
misalnya patung Brahma laksananya berkepala empat, bertangan empat dan
kendaraanhya (wahana) hangsa). Sedangkan pada patung wisnu laksananya adalah
para mahkotanya terdapat bulan sabit, dan tengkorak, kendaraannya lembu, (nadi)
dsb,
Dalam agama Budha yang dipatungkan adalah sang
Budha, Dhyani Budha, Dhyani Bodhidattwa dan Dewi Tara. Setiap patung Budha
memiliki tanda – tanda kesucian, yaitu:
- Rambut ikal dan berjenggot (ashnisha)
- Diantara keningnya terdapat titik (urna)
- Telinganya panjang (lamba-karnapasa)
- Terdapat juga kerutan di leher
- Memakai jubah sanghati
c. Seni hias Hindu Budha
- Rambut ikal dan berjenggot (ashnisha)
- Diantara keningnya terdapat titik (urna)
- Telinganya panjang (lamba-karnapasa)
- Terdapat juga kerutan di leher
- Memakai jubah sanghati
c. Seni hias Hindu Budha
Bentuk bangunan candi sebenarnya hasil
tiruan dari gunung Mahameru yang dianggap suci sebagai tempatnya para Dewa oleh
sebab itu Candi selalu diberi hiasan sesuai dengan suasana alam pegunungan,
yaitu dengan motif flora dan fauna serta makhluk azaib. Bentuk hiasan candi
dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1)
Hiasan Arsitektural
ialah hiasan bersifat 3 dimensional yang membentuk struktur bangunan candi,
contohnya:
- Hiasan mahkota pada atap candi
- Hiasan menara sudut pada setiap candi
- Hiasan motif kala (Banaspati) pada bagian atas pintu
- Hiasan makara, simbar filaster,dll
- Hiasan mahkota pada atap candi
- Hiasan menara sudut pada setiap candi
- Hiasan motif kala (Banaspati) pada bagian atas pintu
- Hiasan makara, simbar filaster,dll
2)
Hiasan bidang ialah hiasan bersifat 2
dimensional yang terdapat pada dinding / bidang candi, contohnya :
- Hiasan dengan cerita, candi Hindu ialah Mahabarata dan Ramayana: sedangkan pada candi
Budha adalah Jataka, Lalitapistara
- Hiasan flora dan fauna
- Hiasan pola geometris
- Hiasan makhluk khayangan
- Hiasan dengan cerita, candi Hindu ialah Mahabarata dan Ramayana: sedangkan pada candi
Budha adalah Jataka, Lalitapistara
- Hiasan flora dan fauna
- Hiasan pola geometris
- Hiasan makhluk khayangan
D.
Seni Rupa Yang Dihasilkan Pada Masa Hindu Budha
Masa
Hindu dan Buddha adalah masa yang mulai penuh warna. Mengapa? Karena pada masa
ini nusantara mulai berani untuk bersentuhan dengan pelbagai dunia asing yang
masuk melalui pelabuhan-pelabuhan yang tersebar di tanah air. Misalnya, dengan
adanya asimilasi serta adaptasi kebudayaan India.
Perkawinan antar pedagang pendatang
dengan pribumi atau warga asli telah melahirkan sebuah kebudayaan maju dan
kompleks yang mampu berbicara banyak pada masa itu.
Pertukaran barang-barang mineral dan
logam sebagal tanda jasa sebagai pembayaran dengan barter masih menjadi opsi
mutIak ketika sistem uang belum banyak dikenal oleh khalayak penduduk setempat.
Hal ini ditunjang dengan menjamurnya berbagai patung-patung Buddha dalam
berbagai dewa-dewa yang diyakini dalam aliran kepercayaan mereka. Adapun pada
bidang seni rupa, ditandai bangunan candi pada dinding gerbang pemandian.
Masuknya agama Hindu dan Buddha ke dalam
masyarakat akhirnya melahirkan perkembangan budaya baru yang bercorak
keagamaan, seperti;
Candi
Bangunan
candi pada agama Hindu berfungsi sebagai makam para raja. Dalam agama Buddha
berfungsi sebagai tempat pemujaan. Candi yang terkenal adalah Candi Borobudur,
Candi Jago dan Candi Muara Takus.
Pada
prinsipnya, struktur bangunan candi terdiri atas:
1.
Kaki candi (prasada), untuk tempat menyimpan abu jenazah
2
Badan atau tubuh candi (garbhagrha)
3
Kepala candi (sikara)
4
Pripih (tempat abu jemaah).
5.
Sumuran.
6.
Umpak (dasar patung).
7.
Patung.
8.
Ruang candi (sella).
9.
Hiasan puncak candi (mahkota).
Mahkota
candi Hindu berbentuk utpala Iingga, sementara candi Buddha berbentuk stupa
Ratna dan manakala. Dalam perkembangannya pembuatan candi memakai hiasan dan
ornamen yang menggambarkan kejadian-kejadian atau peristiwa tentang kehidupan
manusia.
Seni hias candi
1.
Hiasan yang berfungsi sebagal penguat bangunan, contohnya;
–
Patung singa pada sudut bangunan Candi Penataran.
–
Dwarajala hiasan kepala ular yang berfungsi sebagai talang air.
–
Artefak, hiasan pengunci bangunan candi.
2.
Hiasan murni untuk memperindah bangunan candi.
Contohnya:
–
Kala, hiasan kepala raksasa di atas pintu masuk.
–
Makara, hiasan di samping kanan kiri pintu masuk sebagai bingkai pintu.
–
Relief, pahatan/gambar yang ada pada dinding candi.
3.
Corak candi
Candi
di Jawa Tengah yang dibangun pada abad 8 – 10 M melahirkan tiga corak yaitu
corak Dieng, Syailendra, dan corak Restorasi.
Di
Jawa Timur, candi-candi yang dibangun pada abad ke 10 — 16 M melahirkan enam
corak, yaitu corak Jawa Tengah di Jawa Timur, corak Jawa Timur Awal, corak
Kediri, corak Singosari, corak Majapahit, dan corak Jawa Timur Akhir.
Seni patung
Seni
patung berfungsi sebagal hiasan candi dan alat pembantu konsentrasi semedi.
Bahan pembuat patung terdiri atas batu andesit dan logam (perunggu, tembaga,
dan emas).
Seni/ragam hias
Ragam
hias banyak terdapat pada dinding candi, rumah adat, hiasan keris/senjata tajam
dan kain bahan pakaian.
Bangunan Pura
Pura adalah istilah untuk tempat ibadah agama Hindu di Indonesia.
Pura di Indonesia
terutama terkonsentrasi di Bali sebagai pulau yang mempunyai mayoritas penduduk penganut
agama Hindu.
Kata
"Pura" sesungguhnya berasal dari akhiran bahasa
Sanskerta (-pur, -puri, -pura, -puram, -pore), yang artinya adalah
kota, kota berbenteng, atau kota dengan menara atau istana. Dalam perkembangan
pemakaiannya di Pulau Bali,
istilah "Pura" menjadi khusus untuk tempat ibadah; sedangkan istilah
"Puri" menjadi khusus untuk tempat tinggal
para raja dan bangsawan.
Pura
Besakih, pura terbesar di pulau Bali.
Bangunan Puri
Puri berasal dari
bahasa Sanskerta yang diserap ke dalam bahasa Jawa Kuno yang berarti benteng,
istana berbenteng, kota istana atau tempat persemayaman raja Namun dalam bahasa
Jawa Kuno dikenal juga istilah pura yang berasal dari bahasa Sanskerta. Agaknya
pura memiliki pengertian lebih luas daripada puri. Pura berarti kota, ibu kota,
kerajaan, istana raja dan berarti halangan
Geertz menyatakan bahwa
puri sebenarnya hampir sama dengan pura. Jika pura adalah tempat persemayaman
dewa dalam wujud abstrak, puri adalah tempat persemayaman raja yang merupakan
penjelamaan dewa yang meng-ejowantah pada diri manusia. Dengan demikian puri
adalah “bangunan suci” dalam konsep religi. Kesimpulan Greetz ini didasarkan
kenyataan bahwa raja dalam sistem kerajaan di Bali adalah seorang yang
dihormati dan dimuliakan seluruh rakyatnya, sehingga ia tidak boleh tampil
sembarangan di depan umum. Demikian pula puri tempat tinggal sang raja,
dianggap sebagai bangunan yang pantas dihormati atau bahkan dukuduskan. Pada
daerah tertentu, di puri
Puri dapat dibedakan
menjadi tiga macam. Pertama, Puri Dewa Agung yang hanya ada satu,
sebagai tempat persemayaman Dewa Agung, "penguasa seluruh
Bali dan Lombok" di Klungkung. Puri ini dinamakan juga Puri Smarapura atau Puri Klungkung. Kedua, adalah Puri Agung atau Puri
Gede, yaitu tempat tinggal penguasa yang memegang
pemerintahan (raja) di suatu kerajaan, misalnya Puri
Agung Gianyar, Puri Gede Karangasem, Puri Agung Mengwi,
dan lain-lain. Ketiga, puri tempat tinggal di tengah masyarakat, namun bukan tempat tinggal pemegang pemerintahan. Bangunan seperti itu
disebut puri saja atau jero. Puri atau jero adalah
tempat tinggal para kaum bangsawan yang terpisah dari kompleks puri agung milik raja.
Prasasti
Prasasti adalah Sebuah piagam atau dokumen yang sengaja ditulis pada bahan
yang keras dan tahan lama (batu, Dinding, Kramik, Dll). Penemuan prasasti pada
sejumlah situs arkeologi, menandai akhir prasejarah, adegan dari sejarah kuno
Indonesia yang orang tidak akrab dengan menulis, ke era sejarah, dimana
masyarakatnya sudah mengenal tulisan. Yang mempelajari ilmu prasasti disebut
epigrafi.
Prasasti
Di antara berbagai sumber sejarah kuno Indonesia, seperti naskah dan berita
asing, prasasti dianggap sebagai sumber yang paling penting karena dapat memberikan
kronologi kejadian. Ada banyak hal yang membuat dunia prasasti sangat
menguntungkan melewati penelitian. Selain mengandung unsur kalender, prasasti
juga mengungkapkan sejumlah alasan mengapa nama dan prasasti itu dikeluarkan.
Dalam pengertian modern di Indonesia, prasasti sering dikaitkan dengan
tulisan di batu nisan atau di gedung, terutama selama groundbreaking atau
peresmian proyek pembangunan. Dalam media berita, misalnya, kita sering
mendengar presiden, wakil presiden, sekretaris, atau kepala daerah meresmikan
gedung A, gedung B, dan seterusnya dengan pemotongan pita dan prasasti. Dengan
demikian prasasti jangka tetap stabil hingga sekarang.
E.
Tokoh-Tokoh
Seni Rupa Zaman Hindu Budha
Bangsa Indonesia
mengetahui seni rupa yaitu dari kedatangannya ajaran-ajaran Hindu Budha Ke
Indonesia, yang di sebar luaskan oleh orang-orang terkemuka. Berikut
tokoh-tokoh yang membawa seni rupa Hindu Budha dan juga membawa ajarannya yaitu
:
Ø Aswawarman
Ø Mulawarman
Ø Purnawarman
Ø Airlangga
Ø Jayabaya
Ø Ken
Arok
Ø Gajah
Mada
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
penjelasan di atas di temukan bahwa adanya seni terapan zaman Hindu Budha yang
berkembang pesat di Indonesaia. Dan masi dapat di temui peninggalan-peninggalan
seni rupa tersebut sampai saat ini, salah satu tempat yang sangat kental
mengandung unsur seni rupa Hindu Budha yaitu di daerah Bali
Dan
ternyata seni rupa zaman Hindu Budha yang berkembang di Indonesia di bawa oleh
kerajaan-kerajaan yang berkuasa juga pedagang-pedagang yang datang ke Indonesia
sambil menyebarkan ajaran Hindu Budha serta Kesenianannya.
Seni Rupa Zaman Hindu Budha adalah masuknya budaya asing yang di bawa
oleh negara lain, kerajaan - kerajaan yang berkuasa dan pedagang-pedagang luar
yang datang ke Indonesia sehingga tersebar secara, proses imitasi(peniruan),
proses adaptasi(penyesuaian), proses kreasi(penguasaan).
Indonesia mulai
berkembang pada zaman kerajaan Hindu-Buddha berkat hubungan dagang dengan
negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh seperti India, Tiongkok, dan
wilayah Timur Tengah.
B.
Saran
Bagi pembaca penyusun hanya
bisa menyarankan agar tidak terpaku kepada makalah yang penyusun buat ini,
karena penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini sangat jauh dari
kata sempurna, oleh karna itu penyusun mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun, agar makalah ini jadi lebih baik lagi untuk kemudian.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/raflysafadanu/seni-rupa-zaman-hindu-buddha
http://www.sridianti.com/seni-rupa-pada-zaman-hindu-dan-budha.html
http://saniagocota.blogspot.co.id/2013/02/makalah-seni-rupa-zaman-hindu-budha.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Seni_rupa_Buddha
https://www.academia.edu/9038457/Kesenian_yang_dipengaruhi_Hindu_Budha_di_Nusantara
No comments:
Post a Comment