Saturday, 27 January 2018

SEJARAH SENI RUPA INDONESIA SENI RUPA HINDU BUDHA



SEJARAH SENI RUPA INDONESIA
SENI RUPA HINDU BUDHA
Tugas mata pelajaran Seni Rupa
Tahun Ajaran 2017/2018






Disusun oleh kelompok 2
Ketua              : Dila Maulida Fadilah
Anggota          : 1. Dimas Wijaya Sukma
  2. Muhamad Erlanga
  3. Yoga Ariesandi
  4. Listiani Rahayu Ningsih
  5. Retasya Aulia
  6. Sri Indah Sulastri

Kelas XII IIS 1



SMA NEGERI 4 PANDEGLANG

KATA PENGANTAR

            Puji dan Syukur mari kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat taufik dan hidayah-Nya sehingga Makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penyusun menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, itu dikarenakan kemampuan yang terbatas. Namun berkat bantuan dan dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya pembuatan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penyusun berharap dengan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi Penyusun dan bagi para pembaca pada umumnya serta semoga dapat menjadi bahan pertimbangan dan meningkatkan prestasi dimasa yang akan datang.




Menes,   Januari 2017


Penyusun


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.................................................................................................... 1
B.     Tujuan................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kesenian Hindu Budha.................................................................... 2
B.     Kesenian Yang Dipengaruhi Oleh Hindu Budha ..............................................  2
C.     Unsur-Unsur Seni Rupa Zaman Hindu Budha ..................................................  3
D.    Seni Rupa Yang Dihasilkan Pada Masa Hindu Budha...................................... 5
E.     Tokoh-Tokoh Seni Rupa Zaman Hindu Budha.................................................. 7
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ........................................................................................................  10
B.     Saran ..................................................................................................................  10
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Masa Hindu dan Buddha adalah masa yang mulai penuh warna. Mengapa? Karena pada masa ini nusantara mulai berani untuk bersentuhan dengan pelbagai dunia asing yang masuk melalui pelabuhan-pelabuhan yang tersebar di tanah air. Misalnya, dengan adanya asimilasi serta adaptasi kebudayaan India.
Perkawinan antar pedagang pendatang dengan pribumi atau warga asli telah melahirkan sebuah kebudayaan maju dan kompleks yang mampu berbicara banyak pada masa itu.
Pertukaran barang-barang mineral dan logam sebagal tanda jasa sebagai pembayaran dengan barter masih menjadi opsi mutIak ketika sistem uang belum banyak dikenal oleh khalayak penduduk setempat. Hal ini ditunjang dengan menjamurnya berbagai patung-patung Buddha dalam berbagai dewa-dewa yang diyakini dalam aliran kepercayaan mereka. Adapun pada bidang seni rupa, ditandai bangunan candi pada dinding gerbang pemandian.

B.     Tujuan
Tujuan disusunya makalah ini adalah untuk membahas tentang kesenian hindu budha, dengan disusunya makalah ini semoga memberikan manfaat bagi ktia semua.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kesenian Hindu Budha
Seni Rupa Zaman Hindu Budha adalah masuknya budaya asing yang di bawa oleh negara lain, kerajaan - kerajaan yang berkuasa dan pedagang-pedagang luar yang datang ke Indonesia sehingga tersebar secara, proses imitasi(peniruan), proses adaptasi(penyesuaian), proses kreasi(penguasaan).
Indonesia mulai berkembang pada zaman kerajaan Hindu-Buddha berkat hubungan dagang dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh seperti India, Tiongkok, dan wilayah Timur Tengah. Agama Hindu masuk ke Indonesia diperkirakan pada awal  Masehi, dibawa oleh para musafir dari India antara lain: Maha Resi Agastya, yang di Jawa terkenal dengan sebutan Batara Guru atau Dwipayana dan juga para musafir dari Tiongkok yakni musafir Budha Pahyien.
Pada abad ke-4 di Jawa Barat terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha, yaitu kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16.
Pada masa ini pula muncul dua kerajaan besar, yakni Sriwijaya dan Majapahit. Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok I-Tsing mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Tengah dan Kamboja. Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada, berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan pembentukan kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.
Masuknya ajaran Islam pada sekitar abad ke-12, melahirkan kerajaan-kerajaan bercorak Islam yang ekspansionis, seperti Samudera Pasai di Sumatera dan Demak di Jawa. Munculnya kerajaan-kerajaan tersebut, secara perlahan-lahan mengakhiri kejayaan Sriwijaya dan Majapahit, sekaligus menandai akhir dari era ini.

B.     Kesenian Yang Dipengaruhi Oleh Hindu Budha
Kesenian rupa zaman Hindu Budha yang saat ini dapat kita liat yaitu, upacara bakar mayat di bali ( ngaben ), candi borobudur di daerah Jawa tenga, dan tari kecak di Bali dan masih banyak lagi peninggalan-peninggalan kebudayaan Hindu Budha yang dapat kita liat saat ini.
Seni Rupa Zaman Hindu Budha adalah masuknya budaya asing yang di bawa oleh negara lain, kerajaan - kerajaan yang berkuasa dan pedagang-pedagang luar yang datang ke Indonesia sehingga tersebar secara, proses imitasi (peniruan), proses adaptasi (penyesuaian), proses kreasi (penguasaan). Indonesia mulai berkembang pada zaman kerajaan Hindu-Buddha berkat hubungan dagang dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh seperti India, Tiongkok, dan wilayah Timur Tengah.

C.    Unsur-Unsur Seni Rupa Zaman Hindu Budha
a) Ciri – Ciri Seni Rupa Indonesia  yang dipengaruhi oleh Hindu
a. Bersifat Peodal, yaitu kesenian berpusat di istana sebagai medi pengabdian Raja (kultus Raja)
b. Bersifat Sakral, yaitu kesenian sebagai media upacara agama
c. Bersifat Konvensional, yaitu kesenian yang bertolak pada suatu pedoman pada sumber hukum      agama (Silfasastra)
d. Hasil akulturasi kebudayaan India dengan indonesia

b) Karya Seni Rupa Indonesia Hindu Budha
a. Seni Bangunan:
1) Bangunan Candi
2) Bangunan Pura : Pura adalah bangunan tempat Dewa atau arwah leluhur yang banyak didirikan di Bali. Pura merupakan komplek bangunan yang disusun terdiri dari tiga halaman pengaruh dari candi penataran yaitu:
                            - Halaman depan terdapat balai pertemuan
                           - Halaman tengah terdapat balai saji
                           - Halaman belakang terdapat;  meru, padmasana, dan rumah Dewa
3) Bangunan Puri : Puri adalah bangunan yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan pusat keagamaan. Bangunan – bangunan yang terdapat di komplek puri antara lain: Tempat kepala keluarga (Semanggen), tempat upacara meratakan gigi (Balain Munde) dsb.



b. Seni patung Hindu Budha
        Patung dalam agama Hindu merupakan hasil perwujudan dari Raja dengan Dewa penitisnya. Orang Hindu percaya adanya Trimurti: Dewa Brahma Wisnu dan Siwa. Untuk membedakan mereka setiap patung diberi atribut ke-Dewaan (laksana/ciri), misalnya patung Brahma laksananya berkepala empat, bertangan empat dan kendaraanhya (wahana) hangsa). Sedangkan pada patung wisnu laksananya adalah para mahkotanya terdapat bulan sabit, dan tengkorak, kendaraannya lembu, (nadi) dsb,
  Dalam agama Budha yang dipatungkan adalah sang Budha, Dhyani Budha, Dhyani Bodhidattwa dan Dewi Tara. Setiap patung Budha memiliki tanda – tanda kesucian, yaitu:
- Rambut ikal dan berjenggot (ashnisha)
- Diantara keningnya terdapat titik (urna)
- Telinganya panjang (lamba-karnapasa)
- Terdapat juga kerutan di leher
- Memakai jubah sanghati

c. Seni hias Hindu Budha
        Bentuk bangunan candi sebenarnya hasil tiruan dari gunung Mahameru yang dianggap suci sebagai tempatnya para Dewa oleh sebab itu Candi selalu diberi hiasan sesuai dengan suasana alam pegunungan, yaitu dengan motif flora dan fauna serta makhluk azaib. Bentuk hiasan candi dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1)      Hiasan Arsitektural ialah hiasan bersifat 3 dimensional yang membentuk struktur bangunan candi, contohnya:
- Hiasan mahkota pada atap candi
- Hiasan menara sudut pada setiap candi
- Hiasan motif kala (Banaspati) pada bagian atas pintu
- Hiasan makara, simbar filaster,dll

2)       Hiasan bidang ialah hiasan bersifat 2 dimensional yang terdapat pada dinding / bidang candi, contohnya :
- Hiasan dengan cerita, candi Hindu ialah Mahabarata dan Ramayana: sedangkan pada candi
Budha adalah Jataka, Lalitapistara
- Hiasan flora dan fauna
- Hiasan pola geometris
- Hiasan makhluk khayangan

D.    Seni Rupa Yang Dihasilkan Pada Masa Hindu Budha
        Masa Hindu dan Buddha adalah masa yang mulai penuh warna. Mengapa? Karena pada masa ini nusantara mulai berani untuk bersentuhan dengan pelbagai dunia asing yang masuk melalui pelabuhan-pelabuhan yang tersebar di tanah air. Misalnya, dengan adanya asimilasi serta adaptasi kebudayaan India.
        Perkawinan antar pedagang pendatang dengan pribumi atau warga asli telah melahirkan sebuah kebudayaan maju dan kompleks yang mampu berbicara banyak pada masa itu.
        Pertukaran barang-barang mineral dan logam sebagal tanda jasa sebagai pembayaran dengan barter masih menjadi opsi mutIak ketika sistem uang belum banyak dikenal oleh khalayak penduduk setempat. Hal ini ditunjang dengan menjamurnya berbagai patung-patung Buddha dalam berbagai dewa-dewa yang diyakini dalam aliran kepercayaan mereka. Adapun pada bidang seni rupa, ditandai bangunan candi pada dinding gerbang pemandian.
        Masuknya agama Hindu dan Buddha ke dalam masyarakat akhirnya melahirkan perkembangan budaya baru yang bercorak keagamaan, seperti;

Candi

Gambar. Candi prambanan (contoh candi Hidu)
Bangunan candi pada agama Hindu berfungsi sebagai makam para raja. Dalam agama Buddha berfungsi sebagai tempat pemujaan. Candi yang terkenal adalah Candi Borobudur, Candi Jago dan Candi Muara Takus.
Pada prinsipnya, struktur bangunan candi terdiri atas:
1. Kaki candi (prasada), untuk tempat menyimpan abu jenazah
2 Badan atau tubuh candi (garbhagrha)
3 Kepala candi (sikara)
4 Pripih (tempat abu jemaah).
5. Sumuran.
6. Umpak (dasar patung).
7. Patung.
8. Ruang candi (sella).
9. Hiasan puncak candi (mahkota).
Mahkota candi Hindu berbentuk utpala Iingga, sementara candi Buddha berbentuk stupa Ratna dan manakala. Dalam perkembangannya pembuatan candi memakai hiasan dan ornamen yang menggambarkan kejadian-kejadian atau peristiwa tentang kehidupan manusia.

Seni hias candi

1. Hiasan yang berfungsi sebagal penguat bangunan, contohnya;
– Patung singa pada sudut bangunan Candi Penataran.
– Dwarajala hiasan kepala ular yang berfungsi sebagai talang air.
– Artefak, hiasan pengunci bangunan candi.
2. Hiasan murni untuk memperindah bangunan candi.
Contohnya:
– Kala, hiasan kepala raksasa di atas pintu masuk.
– Makara, hiasan di samping kanan kiri pintu masuk sebagai bingkai pintu.
– Relief, pahatan/gambar yang ada pada dinding candi.
3. Corak candi
Gambar. Candi Borobudur (contoh Candi Budha)
Candi di Jawa Tengah yang dibangun pada abad 8 – 10 M melahirkan tiga corak yaitu corak Dieng, Syailendra, dan corak Restorasi.
Di Jawa Timur, candi-candi yang dibangun pada abad ke 10 — 16 M melahirkan enam corak, yaitu corak Jawa Tengah di Jawa Timur, corak Jawa Timur Awal, corak Kediri, corak Singosari, corak Majapahit, dan corak Jawa Timur Akhir.

Seni patung

Seni patung berfungsi sebagal hiasan candi dan alat pembantu konsentrasi semedi. Bahan pembuat patung terdiri atas batu andesit dan logam (perunggu, tembaga, dan emas).

Seni/ragam hias

Gambar. Pintu Gerbang Donopratopo
Ragam hias banyak terdapat pada dinding candi, rumah adat, hiasan keris/senjata tajam dan kain bahan pakaian.
Bangunan Pura
Pura adalah istilah untuk tempat ibadah agama Hindu di Indonesia. Pura di Indonesia terutama terkonsentrasi di Bali sebagai pulau yang mempunyai mayoritas penduduk penganut agama Hindu.
Kata "Pura" sesungguhnya berasal dari akhiran bahasa Sanskerta (-pur, -puri, -pura, -puram, -pore), yang artinya adalah kota, kota berbenteng, atau kota dengan menara atau istana. Dalam perkembangan pemakaiannya di Pulau Bali, istilah "Pura" menjadi khusus untuk tempat ibadah; sedangkan istilah "Puri" menjadi khusus untuk tempat tinggal para raja dan bangsawan.
Pura Besakih, pura terbesar di pulau Bali.

Bangunan Puri
Puri berasal dari bahasa Sanskerta yang diserap ke dalam bahasa Jawa Kuno yang berarti benteng, istana berbenteng, kota istana atau tempat persemayaman raja Namun dalam bahasa Jawa Kuno dikenal juga istilah pura yang berasal dari bahasa Sanskerta. Agaknya pura memiliki pengertian lebih luas daripada puri. Pura berarti kota, ibu kota, kerajaan, istana raja dan berarti halangan
Geertz menyatakan bahwa puri sebenarnya hampir sama dengan pura. Jika pura adalah tempat persemayaman dewa dalam wujud abstrak, puri adalah tempat persemayaman raja yang merupakan penjelamaan dewa yang meng-ejowantah pada diri manusia. Dengan demikian puri adalah “bangunan suci” dalam konsep religi. Kesimpulan Greetz ini didasarkan kenyataan bahwa raja dalam sistem kerajaan di Bali adalah seorang yang dihormati dan dimuliakan seluruh rakyatnya, sehingga ia tidak boleh tampil sembarangan di depan umum. Demikian pula puri tempat tinggal sang raja, dianggap sebagai bangunan yang pantas dihormati atau bahkan dukuduskan. Pada daerah tertentu, di puri
Puri dapat dibedakan menjadi tiga macam. Pertama, Puri Dewa Agung yang hanya ada satu, sebagai tempat persemayaman Dewa Agung, "penguasa seluruh Bali dan Lombok" di Klungkung. Puri ini dinamakan juga Puri Smarapura atau Puri Klungkung. Kedua, adalah Puri Agung atau Puri Gede, yaitu tempat tinggal penguasa yang memegang pemerintahan (raja) di suatu kerajaan, misalnya Puri Agung Gianyar, Puri Gede Karangasem, Puri Agung Mengwi, dan lain-lain. Ketiga, puri tempat tinggal di tengah masyarakat, namun bukan tempat tinggal pemegang pemerintahan. Bangunan seperti itu disebut puri saja atau jero. Puri atau jero adalah tempat tinggal para kaum bangsawan yang terpisah dari kompleks puri agung milik raja.
Prasasti
Prasasti adalah Sebuah piagam atau dokumen yang sengaja ditulis pada bahan yang keras dan tahan lama (batu, Dinding, Kramik, Dll). Penemuan prasasti pada sejumlah situs arkeologi, menandai akhir prasejarah, adegan dari sejarah kuno Indonesia yang orang tidak akrab dengan menulis, ke era sejarah, dimana masyarakatnya sudah mengenal tulisan. Yang mempelajari ilmu prasasti disebut epigrafi.
Prasasti
Di antara berbagai sumber sejarah kuno Indonesia, seperti naskah dan berita asing, prasasti dianggap sebagai sumber yang paling penting karena dapat memberikan kronologi kejadian. Ada banyak hal yang membuat dunia prasasti sangat menguntungkan melewati penelitian. Selain mengandung unsur kalender, prasasti juga mengungkapkan sejumlah alasan mengapa nama dan prasasti itu dikeluarkan.
Dalam pengertian modern di Indonesia, prasasti sering dikaitkan dengan tulisan di batu nisan atau di gedung, terutama selama groundbreaking atau peresmian proyek pembangunan. Dalam media berita, misalnya, kita sering mendengar presiden, wakil presiden, sekretaris, atau kepala daerah meresmikan gedung A, gedung B, dan seterusnya dengan pemotongan pita dan prasasti. Dengan demikian prasasti jangka tetap stabil hingga sekarang.
E.     Tokoh-Tokoh Seni Rupa Zaman Hindu Budha
Bangsa Indonesia mengetahui seni rupa yaitu dari kedatangannya ajaran-ajaran Hindu Budha Ke Indonesia, yang di sebar luaskan oleh orang-orang terkemuka. Berikut tokoh-tokoh yang membawa seni rupa Hindu Budha dan juga membawa ajarannya yaitu :
Ø  Aswawarman
Ø  Mulawarman
Ø  Purnawarman
Ø  Airlangga
Ø  Jayabaya
Ø  Ken Arok
Ø  Gajah Mada



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
        Dari penjelasan di atas di temukan bahwa adanya seni terapan zaman Hindu Budha yang berkembang pesat di Indonesaia. Dan masi dapat di temui peninggalan-peninggalan seni rupa tersebut sampai saat ini, salah satu tempat yang sangat kental mengandung unsur seni rupa Hindu Budha yaitu di daerah Bali
Dan ternyata seni rupa zaman Hindu Budha yang berkembang di Indonesia di bawa oleh kerajaan-kerajaan yang berkuasa juga pedagang-pedagang yang datang ke Indonesia sambil menyebarkan ajaran Hindu Budha serta Kesenianannya.
        Seni Rupa Zaman Hindu Budha adalah masuknya budaya asing yang di bawa oleh negara lain, kerajaan - kerajaan yang berkuasa dan pedagang-pedagang luar yang datang ke Indonesia sehingga tersebar secara, proses imitasi(peniruan), proses adaptasi(penyesuaian), proses kreasi(penguasaan).
        Indonesia mulai berkembang pada zaman kerajaan Hindu-Buddha berkat hubungan dagang dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh seperti India, Tiongkok, dan wilayah Timur Tengah.

B.     Saran
        Bagi pembaca penyusun hanya bisa menyarankan agar tidak terpaku kepada makalah yang penyusun buat ini, karena penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, oleh karna itu penyusun mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun, agar makalah ini jadi lebih baik lagi untuk kemudian.


DAFTAR PUSTAKA

http://www.slideshare.net/raflysafadanu/seni-rupa-zaman-hindu-buddha
http://www.sridianti.com/seni-rupa-pada-zaman-hindu-dan-budha.html
http://saniagocota.blogspot.co.id/2013/02/makalah-seni-rupa-zaman-hindu-budha.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Seni_rupa_Buddha
https://www.academia.edu/9038457/Kesenian_yang_dipengaruhi_Hindu_Budha_di_Nusantara

No comments:

Post a Comment