MAKALAH
KERAJAAN
ISLAM DI PULAU MALUKU
Disusun
untuk memenuhi tugas mata pelajaran PAI
Disusun
oleh :
Kelompok
4
Ketua : Mia Amalia
Anggota : Ayu Fasmi Kamila
Bahtiar Nurmayandi
Reza Maulana
Aak Mubarok
Sahurl Fauzi
SMP IT
BABUNNAJAH
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Puji dan
Syukur mari kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Rahmat taufik dan hidayah-Nya sehingga Makalah ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya.
Penyusun menyadari banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini, itu dikarenakan kemampuan yang
terbatas. Namun berkat bantuan dan dorongan serta bimbingan dari berbagai
pihak, akhirnya pembuatan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penyusun berharap dengan
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi Penyusun dan bagi para pembaca pada
umumnya serta semoga dapat menjadi bahan pertimbangan dan meningkatkan prestasi
dimasa yang akan datang.
Pandeglang, Januari 2018
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Pembahasan
mengenai kajian sejarah islam Indonesia mendapat porsi yang besar, tetapi
terlihat sekali bahwa ia belum termasuk dalam satu kesatuan kajian sejarah
peradaban islam. kalau empat kawasan budaya islam tersebut termasuk dalam
kajian sejarah peradaban dunia islam, maka Indonesia di bahas di bagian
tersendiri. Sejak 17 tahun sesudah rasulullah wafat, cengkeh adalah salah satu
rempah-rempah yang amat menarik hati sejak dari abad ke tujuh. Maluku adalah
tempat tumbuh sendirinya rempah-rempah yang berada di hutan dan akhirnya
ditanami oleh penduduk secara teratur. Di zaman dahulu kala mereka masih
menganut semacam agama syamman yang memuja roh nenek moyang. Sepintas lalu kita
akan menolak saja dongeng yang demikian. Tetapi jika kita berfikir bahwasannya
di dalam abad kesepuluh dan kesebelas itu sudah damai perniagaan cengkeh ke
Maluku itu oleh orang arab dan persi, tidaklah jauh kemungkinan bahwa mereka
telah datang kesana pada waktu itu.
B.
Rumusan masalah
1.
Apa saja kerajaan Islam yang ada di Maluku?
2.
Siapa raj-raja yang pernah memerintah di
kerajaan Ternate dan Tidore?
3.
Bagaimana masa kejayaan di kerajaan Ternate dan
Tidore?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kerajaan Islam Di Maluku
Islam masuk ke
Maluku pada abad ke 15 sekitar tahun 1460, raja Ternate memeluk agama islam
yaitu Fongi Tidore. Namun, menurut Taufik dalam Yatim berpendapat raja pertama
yang muslim yaitu Zainal‘Abidin, pada masa itu perdagangan muslim meningkat dan
para pedagang ingin belajar tentang islam pada madrasah giri. Di Giri, ia
dikenal dengan raja cengkeh. Selain itu ia juga dikenal sebagai penyebar utama
Islam di Maluku.[1][1] Berita Portugis juga mengungkapkan hubungan
antara Jawa dan Maluku. Menurut Pires dalam daliman raja-raja Maluku mulai
masuk Islam sekitar 1460-1465, sedangkan menurut Antonio Galfao Islam masuk
sekitar 1540-1545.[2][2]
Kedudukan raja
Islam di Maluku semakin tinggi dan penting berkat perdagangan rempah-rempah
yang menyebabkan rasa semangat untuk memperluas wilayah kekuasaannya dalam
menguasai jalur perdagangan. Kerajaan-kerajaan yang berada di Maluku meliputi:
1.
Kerajaan Jailolo
Kerajaan Jailolo merupakan kerajaan tertua di Maluku.
Namun, karena penduduk ternate, tidore dan bacan lebih banyak maka ketiga
daerah itu lebih menonjol. Kerajaan ini berdiri sejak 1321. Wilayahnya
meliputi; sebagian Halmahera dan pesisir utara Pulau Seram. Masuknya Islam di
kerajaan ini, tidak lepas dari jasa-jasa para mubaligh; Datuk Mulia Husin,
Patih Putah dan Syekh Mansur.[3][3]
2. Kerajaan Bacan
Raja
pertama dari Kerajaan Bacan adalah Sultan Zainul Abidin yang memeluk agama Islam
sejak 1521. Dalam kerajaan Bacan, seorang raja dalam pemerintahannya didampingi
oleh seorang Mangkubumi. Wilayah kekuasaanya meliputi; Kepulauan Bacan, Obi,
Waigeo, Solawati dan Irian Barat (Papua).[4][4]
Raja-raja
yang pernah memimpin Kerajaan Jailolo yaitu; Sultan Darajati, Fataruba,
Tarakabun, Nyiru, Yusuf, Dias, Bantari, Sagi dan Sultan Hasanuddin (memeluk
Islam).[5][5]
3. Kerajaan Ternate
Pada awalnya
penduduk Ternate (Pulau Gapi) merupakan warga eksodus dari Halmahera. Awalnya,
di Ternate, terdapat empat kampung yang masing-masing dikepalai oleh seorang
momole (kepala marga). Mereka itulah yang mengadakan hubungan dengan para
pedagang yang datang dari segala penjuru untuk mencari rempah-rempah. Mereka
jugalah yang mendirikan kerajaan Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo. Penduduk
ternate semakin ramai sebab banyaknya para pedagang yang bermukim disana, mulai
dari pedagang arab, jawa, melayu dan tionghoa. Dengan hal ini, menyebabkan
datangnya para perampok sehingga muncullah ide para momole untuk mengangkat
seorang raja tunggal.
Raja terpilih
yaitu Baab Mashur Malamo beliau menjadikan kerajaan gapi berpusat di kampung
ternate sehingga orang-orang lebih suka mengatakan kerajaan ternate.[6][6] Berkembangnya kerajaan Ternate menimbulkan iri hati
terhadap kerajaan di sekelilingnya. Timbullah sengketa antara Ternate dan
Tidore., Bacan dan Jailolo. Dengan hal ini,maka diadakan sebuah persetujuan
yaitu Persetujuan Motir. Persetujuan ini menyatakan bahwa Raja Jailolo akan
menjadi raja utama, sebab ialah raja tertua, diikuti raja Ternate, Tidore dan
Bacan. Hal ini tidak berlangsung lama, sebab Ternate berhasil menempatkan diri
sebagai raja utama. Pada akhir abad ke-16, Ternate berhasil meluaskan wilayah
kekuasaannya.
Islam masuk di kerajaan Ternate pada waktu masa Raja
Zainal Abidin yang sempat belajar di Giri. Kemudian, setelah ia kembali di
Maluku, ia bertemu dengan Patih Puta yang sudah menganut agama Islam. Kemudian,
mereka bekerja sama dengan Mubaligh Datuk Mulia Husin untuk mengembangkan Islam
sampai ke Kerajaan Jailolo. Tak lama kemudian, Portugis datang ke Maluku. Hal
ini membangkitkan pertentangan di Ternate, baik dari segi perdagangan maupun
persaingan agama. Portugis membawa agama Kristen yang ditanamkan oleh
Franciscus Xaverius kepada rakyat Maluku. Dengan hal ini, mengakibatkan
orang-orang Tidore bisa bersatu dengan Ternate untuk melawan Portugis sehingga
jatuhlah Benteng Portugis pada tahun 1575.[7][7]
4. Kerajaan Tidore
Tidore dikenal
dengan nama Kie Duko, yang diartikan sebagai pulau bergunung api. Kerajaan
tidore berpusat pada wilayah kota tidore (mauku utara). Pendiri pertama
kerajaan tidore yaitu jou kolano sahjati. Menurut catatan Portugis, Tidore berdiri sejak Jou
Kolano Sahjati naik tahta. Namun tidak diketahui pusat kerajaannya ada dimana.
Sejak awal berdirinya Tidore sampai raja ke-4, pusat Kerajaan Tidore belum bisa
dipastikan keberadaannya. Barulah pada masa raja Kolano Balibunga pusat
kerajaan diketahui yaitu di Balibunga. Di kerajaan Tidore sempat beberapa kali
terjadi perpindahan ibu kota atau pusat kerajaan, banyak sekali faktor yang
mempengaruhinya mulai dari pergantiannya seorang raja, wilayahnya yang luas
bahkan menjauhi dari serangan para musuh serta untuk tujuan dakwah.
Pada tahun 1521, Sultan Mansur di Tidore menerima
Spanyol sebagai sekutu untuk mengimbangi Ternate yang bersekutu dengan
Portugis.[8][8] Kedatangan Spanyol diprotes oleh Portugis karena dianggap telah
melanggar Perjanjian Tordesillas pada 1494. Pertikaian Portugis dan Spanyo memperlemah kedudukan Tidore dan
Ternate, misalnya perebutan Benteng Spanyol di Tidore. Akhirnya, pertikaian ini
di akhiri dengan adanya pembaharuan Perjanjian Tordesillas yang mempertegas
bahwa kepulauan Maluku menjadi kekuasaan Portugis.[9][9]
Setelah Spanyol mundur dari Maluku, Tidore menjadi
kerajaan yang paling terkemuka di wilayah Maluku. Sebab, Tidore berhasil
menolak penguasaan VOC terhadap wilayahnya dan Tidore menjadi merdeka hingga
akhir abad ke-18. Selain kedatangan Spanyol, Belanda juga datang untuk
menguasai Maluku. Inggris pun ikut campur dalam masalah ini dengan membantu
mengusir Belanda. Hal ini,terjadi pada masa raja Sultan Nuku. Sultan Nuku
memberi kebebasan kepada Inggris untuk menguasai Ambon dan Banda serta mengadakan
perjanjian damai dengannya.[10][10]
B.
Raja-Raja
di Kerajaan Maluku
Adapun
raja-raja di kerajaan Ternate sebagai berikut:
1.
Baab Mashur Malamo
2.
Jamin Qadrat
3.
Komala Abu Said
4.
Bakuku (Kalabata)
5.
Ngara Malamo (Komala)
6.
Patsaranga Malamo
7.
Cili Aiya (Siding Arif Malamo)
8.
Panji Malamo
9.
Syah Alam
Adapun raja-raja di Kerajaan Tidore sebagai
berikut:
1.
Sultan Nuruddin
2.
Sultan Hasan Syah
3.
Sultan Cirililiat Alias Jamluddin
4.
Sultan Mansyur
5.
Sultan Aminuddin Iskandar Zulkarnain
6.
Sultan Rijali Mansur
7.
Sultan Iskandar Isani Alias Amiril Mathlan Syah
8.
Sultan Gapi Babuna Alias Bifadlil Siradjuddin
Arifin
9.
Sultan Fola Madjino Alias Zainuddin
C.
Masa Kejayaan Ternate dan Tidore
1. Masa Kejayaan Kerajaan Ternate
Kerajaan Ternate berada
pada masa kejayaan saat dipimpin oleh Sultan Baabullah yang dapat meluaskan
wilayah kekuasaanTernate yaitu meliputi; batas-batas di utara sampai Mindanao,
di Selatan sampai Bima, di Timur sampai Irian Barat (Irian Jaya) dan di sebelah
Barat sampai Makassar.[13][13]
2. Masa kejayaan kerajaan
Tidore
Pada masa Sultan Nuku, Kerajaan Tidore berkembang dengan
pesat. Mulai dari wilayah kekuasaannya yang mencapai Kepulauan Pasifik. Menurut
catatan sejarah Tidore, Sultan Nuku yang member nama pulau-pulau wilayah
kekuasannya, adapun nama-nama pulau yang hingga saat ini masih memakai nama
Nuku yaitu; Nuku Hifa, Nuku Oro, Nuku Maboro, Nuku Nau, Nuku Lae-Lae, Nuku
Fetau dan Nuku Nono.[14][14]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kedudukan raja Islam di Maluku semakin tinggi
dan penting berkat perdagangan rempah-rempah yang menyebabkan rasa semangat
untuk memperluas wilayah kekuasaannya dalam menguasai jalur perdagangan.
Kerajaan-kerajaan yang berada di Maluku ada 4 yaitu: Kerajaan Jailolo,
Kerajaan Bacan, Kerajaan
Ternate, Kerajaan Tidore. Setelah Spanyol mundur dari Maluku, Tidore menjadi kerajaan yang paling
terkemuka di wilayah Maluku. Sebab, Tidore berhasil menolak penguasaan VOC
terhadap wilayahnya dan Tidore menjadi merdeka hingga akhir abad ke-18. Selain
kedatangan Spanyol, Belanda juga datang untuk menguasai Maluku. Inggris pun
ikut campur dalam masalah ini dengan membantu mengusir Belanda.
No comments:
Post a Comment